Kamis, 24 Oktober 2013

Tentang Kerinduan yang Tertahan


Malam ini genap seminggu usai perayaan hari kelahiranku yang ke 21 tahun, hari yang selalu kusebut sebagai pengingat kematian. Membuat aku harus  bergerak mengejar impian yang terus menggangu tidurku dikala aku hanya diam termangu menikmati terbitnya mentari hingga menyambut senja yang memanjakan aku. Seminggu yang lalu kuterima pesan mu lewat sebuah sosial media yang dulu sering membuatmu kesal padaku dengan melontarkan tanya “mengapa kamu tidak mau terkoneksi dengan aku di sini ?” itu yang selalu kutangkap dari gerak bibirmu. Sebuah jawaban yang tak pernah kuurai ditelingamu bahwa aku terlalu sering bercerita tentangmu disana sebagaimana kau sering berbagi disana, meski bukan tentangku. Aku tak ingin mengusik duniamu sebagaimana aku tak ingin kau tau semua tentang pikirku hanya lewat permainan kata, aku ingin kita saling berujar, saling menerka makna dengan memainkan not yang kita mainkan lewat lisan.


Entah ini hari keberapa usai kita memutuskan untuk berjalan di  perputaran kita masing – masing tanpa saling mengucapkan perpisahan. Andai saja kau menemuiku dan mengatakan bahwa dirimu telah menemukan gadis lain yang lebih mampu mengerti kamu, atau kamu menarik ucapanmu tentang keinginan untuk aku terus berada disampingmu, saling mengingatkan dan merangkul mesra segala perbedaan dengan penegasan bahwa kau tak ingin lagi ada aku di setiap pagi dan malam mu. Aku rasa semua akan menjadi lebih mudah untuk aku melupakan bahwa aku pernah begitu menikmati hariku sebagai sahabat sekaligus kekasihmu yang selalu kau jaga dengan tidak menyentuhku.

Aku benci harus menghindarimu setiap kita bertemu, aku tak pernah suka menatapmu sinis tiap kali mata kita saling beradu, menganggapmu tak ada tak pernah mudah bagiku, lebih sulit daripada ketika aku tak mengakui tentang kita di depan banyak orang dulu. Hal ini lah yang selalu aku takutkan ketika dulu kau mengatakan bahwa aku harus memasrahkaan kemana cerita kita akan bermuara, aku takut bila akhirnya aku juga mencintaimu sebagaimana yang selalu kau ungkap sebagai sahabat yang jatuh hati pada gadis yang tak pernah berani jatuh cinta lagi. Kau mengenal aku, itulah yang membuat aku pada akhirnya membuat sebuah pintu agar kau bisa menemuiku yang bersembunyi dibalik tembok keangkuhan yang kubangun.


Andai saja ada sebuah kata kebencian yang kau utarakan padaku maka aku bisa membencimu sebagai seseorang yang jahat, melukaiku. Bodoh mungkin, hingga detik dimana untuk kesekian kalinya aku menangis dan meradang karena kau pergi namun tetap hadir semu dalam kehidupanku seakan semua tentang kita masih dalam keadaan baik – baik saja, ya andai benar – benar masih baik. Masih bolehkah aku mengatakan bahwa antara kita belum berakhir karena aku masih sangat yakin bahwa rasa dan getaran itu masih begitu kurasa setiap mata kita kembali beradu, meski kini dalam sepi.

Aku masih menangkap teduh matamu yang selalu khawatir tentang aku, aku tau pasti tentang mu jauh lebih memahami dari dirimu memahami sendiri. Pernah kutangkap sebuah alunan tentang kekhawatiran yang kita menyelimuti pikirmu tentang sebuah kondisi semu yang mengusik kembali maka ku katakan berhentilah menerka ketika aku tak lagi menjawab karena kebiasaan itulah yang selalu membuat kita berseberangan memahami satu sama lain hingga berujung gesekkan yang membuat aku tak menyukaimu meski tak jua mampu menghapus bayanganmu. Mari kita simpan semua rasa hingga saat itu datang untuk kita saling bicara mengutarakan segala kebimbangan yang menyekap hati. Sebelumnya berjanjilah bahwa kau akan membawakan aku bintang yang kau janjikan, bintang yang kau kumpulkan untuk sebuah kegagahan selama satu periode perjalananmu tanpa ada aku disana, disampingmu.

#berhenti mengirimi aku getaran itu, karna kau membuat aku semakin lemah tanpamu disisiku
Tapi jangan pernah berhenti mengabariku lewat ketukan jemari yang kau kirim lewat getar kerinduan yang hanya mampu kutangkap lewat aksaraku

Aku masih disini, menunggumu hingga kita saling beradu mesra dalam kata yang telah lama tertahan.

Kamis, 10 Oktober 2013

Hari Refkeksi Angka 21

Ucapan penuh rasa syukur kembali kulafaskan dalam perbincangan mesra padaNya usai ritual subuhku hari ini, nikmat, membuat aku terlena dalam keheningan. Seburat orange mulai nampak mengiringi kehadiran sang fajar yang masih setia mengemban amanahNya untuk menghangatkan bumi, membuatku kembali bersyukur atas segala anugerah untuk membuka kedua kelopak mata lagi pagi ini. Heiii kalender di atas mejaku menunjukkan tanggal 11 oktober ya, aku baru teringat. Hari ini, tepat 21 tahun yang lalu mamak berjuang menghadirkan puteri sulungnya untuk menatap dunia yang menjadi tempat kita bernaung, bernama bumi. Bahagia rasanya menyadari bahwa aku kini bukan gadis kecil lagi, gadis yang dulu selalu bergelayut manja dipundak bapak yang selalu mengecup kening dan pipiku setiap pagi aku beragkat ke sekolah, kembali rindu masa itu. Mamak yang selalu memanjakan aku dengan segala kesabarannya, betapa aku kembali bersyukur karena telah dititipkan pada sebuah keluarga yang begitu hangat dan hebat dalam mengajarkan setiap sudut kehidupan ini dengan caranya yang sederhana.



Tuhan, hari ini aku merasakan betapa rasa kasih sayang-Mu kembali menyelimutiku dengan hangatnya. Aku sadar Tuhan betapa kehadiran akan Kau iringkan dengan kehilangan, kebahagiaan dengan kesedihan, tawa dengan isak tangis, dan aku kembali ingin memeluk-Mu erat, karena dengan segala hukum alam itu aku semakin menyadari bahwa hanya Engkau sandaran terbaik yang tak akan hilang, tapi semakin membuatku bersyukur. Terimakasih ya Tuhan, karena nikmat sakit yang Kau berikan padaku sehari sebelum hari refleksi diri ini, yang berarti Engkau telah meringankan beban dosa yang telah aku lakukan selama setahun terakhir. Betapa Engkau kini sedang memeluk dan mengecup kehidupanku dengan begitu menenangkan, meski aku masih sering membuat ulah dalam setiap perjalananku.


Tuhan, lagi lagi hanya ucapan terimakasih yang mampu ku utarakan pada-Mu, karena Engkau  sudah menghadirkan banyak sekali warna yang berpendar menghiasi perjalanan kehidupanku hingga angka 21 ini hadir. Dan bolehkah aku meminta sebuah hadiah Tuhan, ya sebuah hadiah dari-Mu. Aku ingin Engkau berjanji Tuhan untuk selalu mendekapku erat dalam hangat kemesraan, agar aku tak lagi lengah dan bermain terlalu jauh dari sisi-Mu. Jangan pernah renggangkan lagi pelukannya ya Tuhan, aku takut, takut menjadi lemah atau mungkin menjadi liar tanpa pelukan hangat-Mu lagi yang menenangkanku.



Hari ini adalah hari refleksi, hari merenung, tentang begitu banyak momen yang telah aku kecap nikmatnya dari Sang Pemilik Kehidupan. Maka aku akan berusaha menjadikan hari ini dan hari-hari kedepannya menjadi pengabdianku pada orang-orang disekelilingku, berharap aku tak lagi membuat orang-orang yang menyayangiku kecewa, semoga aku telah mampu menyingkirkan segala ego yang selalu mendominasi hati. Menikmati sisa usia yang Tuhan berikan untuk nafas-nafas yang lebih bermakna amiiiin ya Rabb.....


Rumah terhangat bersama kedua malaikat yang Tuhan titipkan aku bersama kedua kurcaci kecil yang teramat manja #PelukHangatDariLeti

Percakapan Mars dan Venus

Mars: Venus, mengapa kamu menghilang dari peredaranku, sementara dulu kamu pernah berjanji untuk menemaniku dalam perjalanan panjang yang kini tengah kutempuh

Venus : Aku tak pernah ingin menghilang atau meninggalkanmu, tapi kamulah yang telah membuatku harus menjauh dari peredaranmu, mars.....

Mars: Aku??? Bagaimana mungkin, Aku selalu ingin kamu ada untuk menjadi pendengar setiaku seperti dulu venus...

Venus : Ingatkah kamu saat kamu pergi dariku tanpa meninggalkan pesan apapun??? bahkan berulang kali aku menghubungimu, namun tak jua aku temukan jawaban dari lisanmu...

Mars: ........

Venus : Bahkan kamu tak pernah menyadari bahwa aku tak pernah benar2 menghilang dari peredaranmu, aku masih ada menemanimu Mars, memastikan kamu baik2 saja, meski hanya lewat tangan2 orang2 disekelilingmu, aku hanya ingin memastikan kamu masih menjaga impianmu....

Mars: ............

Venus: impian yang dulu kau utarakan padaku, meski kau tak lagi menoleh padaku yang selalu meradang, terisak merindukanmu......

#VenusMerindukanMars