Senin, 31 Desember 2012

Sabtu Malam atau Malam Minggu, Apa Bedanya???

16/17 __29 Desember 2012

Sabtu 29 Desember 2012

Senja itu terasa begitu berkesan di memori pikirku, menjadi sebuah alunan yang terasa berbeda dibanding sebelumnya. Apakah waktu seakan berhenti selama beberapa menit ketika aku membaca pesanmu untukku, atau aku yang membeku seketika kala mata mencoba mengartikan rangkaian kata itu. Bergelut dengan rutinitas akademik dan organisasi memang bukan menjadi hal baru bagi kita, menikmati setiap detik dinamika sebagai mahasiswa adalah sebuah anugerah yang tak ternilai dari Allah SWT. Rasa penat kini mulai menjalar tubuh dan pikirku saat untuk pertama kali kau mengajakku menikmati waktu untuk melepas semua beban itu sementara waktu. Saat sebuah tanya kemana aku akan pergi menikmati malam ini, aku berpikir kamu akan menyuruhku kembali tenggelam dalam dinamika organisasi yang sedang penatkan diri seperti yang kau katakana biasanya, namun aku salah karena senja itu kau bersedia menemaniku menikmati film yang aku inginkan hanya untuk sebuah senyum lepasku.
Bolehkah aku tertawa ketika aku mengingat pertanyaanmu tentang malam apakah ini “sabtu malam atau malam minggu”, hal yang selalu membuat aku tersenyum. Sebuah tanya atau jebakan agar aku tersipu malu untuk menjawabnya, aku tak tahu apa yang ada di pikiranmu karena sekarang kamu lebih memahamiku. Aku tahu pasti kamu tak pernah suka melangkahkan kakimu di tempat dimana aku biasa menikmati waktu untuk menghapus penatku, tapi senja ini kamu menawarkan untuk melewati waktu untuk menemani aku menghapus semua penatku. Bukan menjadi hal yang mudah untuk sekedar menikmati waktu senggang dengan mu, rasanya seperti sedang bermain petak umpet agar tak ada yang menemukan kita sedang berjalan menyusuri malam. Malam ini semua semakin jelas bagiku, menjawab sederet tanya dipikirku tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, mungkinkah aku salah mengartikannya. “Apa kamu tau bahwa malam ini adalah first date kita, dan kamu telah merubah sabtu malamku menjadi malam minggu” ,masih kuingat kalimat yang terlontar dari mu. Kamu benar malam ini adalah malam minggu pertamaku dengan seseorang yang mengaku menjadi pacar pertamaku, ya aku izinkan kamu mengganggap dirimu sebagai pacar pertamaku karena memang tak pernah ada yang mendapat status itu sebelum kamu. Pacar pertama sebuah istilah yang membuatmu selalu tertawa lepas kala aku mengucapnya dengan sedikit keterpaksaan ketika harus mengakuinya, karena memang itulah yang menjadi faktanya.  
Kembali ke malam minggu pertamaku, rencana dadakan kamu nggak semudah yang dibayangkan malam ini, karena semua tiket nonton film yang aku inginkan laku terjual tanpa menyisakan kita kursi kosong. Ternyata kamu nggak menyerah juga ya, kita beranjak ke bioskop lain yang kalau mau dibilang nggak deket dari bioskop sebelumnya, but aku menikmati malam ini dengan kesederhanaanmu. Finally, dapet juga tiket nontonnya meski cuma tersisa 2 tiket terakhir untuk shift midnight jam 21.30 wib dan sekarang jarum jam ku baru menunjukkan pukul 20.00 wib. Kita tahu dimana tempat yang paling tepat untuk menghabiskan waktu selama 1,5 jam ini, TOKO BUKU.

Kamis, 23 Agustus 2012

Mahameru






Ketinggian memberikan segenggam ketenangan dalam kesejukkan alam semesta, memberikan kesadaran akan kebesaran Allah dengan segenap rasa syukur atas nikmat kehidupan yang telah kurasakan hingga mampu menikmati keindahan alam semesta di Mahameru.(12 Juli – 15 Juli 2012).
Sebuah kesempatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, tentang sebuah mimpi  yang kini telah menjadi nyata dikehidupanku. Berawal dari keinginanku semasa kecil untuk menapakkan kaki di tanah jawa, menjelajah bukit serta gunung tinggi menjulang yang kulihat di lembar – lembar foto abangku. Menyeruak perasaan iri yang kemudian membuatku memberanikan diri untuk bermimpi menatap keindahan sang khalik diatas ketinggian. Sebuah mimpi akan mampu menjadi sebuah kenyataan ketika kita terus berani melangkah untuk mengukirnya dalam kisah kita. Impian itulah yang kini membawaku menapakkan kaki diatas ketinggian penuh kedamaian serta memotretnya dengan kedua indra yang begitu sempurna Allah karuniakan bagiku.
Selasa (12 Juli 2012), aku masih disibukkan dengan rutinitasku dikampus yang tak kunjung usai meski liburan tahun ajaran baru telah dimulai. Dipikiranku masih menyeruak sebuah keinginan yang diselimuti keraguan tentang tawaran seorang teman untuk menatap Mahameru, sebuah gunung tertinggi yang merupakan gunung impianku dimasa kecil. Keinginan itu sempat memudar seiring keberatan yang mama ucapkan pada ku sesaat sebelum aku kembali ke Malang. Dalam kesibukkan jemariku menyelesaikan deadline berita sebelum liburan, masih terbayang ketinggian Semeru nan mempesona. Siang itu jarum jam menunjukkan pukul 10.00 am disaat jemariku meraih handphone sembari menghubungi mama. Bukannya aku ingin menjadi putri yang bandel seperti sebelumnya yang pergi hiking tanpa izin beliau, namun kali ini aku hanya ingin mencoba meyakinkan bahwa aku benar – benar ingin mengunjungi Mahameru sebagaimana yang mama tahu tentang keirianku pada foto – foto yang kudapatkan di saat kecil. Betapa senang rasanya karena setelah beberapa lama memohon akhirnya mama mengizinkan aku untuk mengikuti perjalanan ke Semeru. Aku langsung bergegas menuju poliklinik kampus untuk meminta surat keterangan sehat agar dapat melakukan perjalanan ke Semeru. Sebagai salah satu gunung yang berada dibawah naungan cagar alam bromo, gunung Semeru mengharuskan para pendaki untuk memenuhi serangkain prosedur agar semua pengunjung benar – benar terdaftar di pos registrasi.

Sabtu, 25 Februari 2012

Sang Ratu

Sebuah istilah yang begitu sederhana kemudian ku kenal dengan sebutan perempuan. Rangkaian huruf yang kini mewakili sosok anggun dengan segala kekuatan jiwa nya. Dia lah makhluk yang terlihat tenang, namun menyimpan sebuah kekuatan demi mengukir sebuah alunan kebahagiaan hidup bagi jiwa-jiwa terkasih. Setiap pasang mata yang yang menangkap sosoknya tak akan mampu tuk memungkiri bahwa ia begitu menggetarkan kalbu.
Perempuan sebagai sosok yang teramat dikagumi oleh kaum adam serta kaumnya sendiri. Tak salah jika dikatakan bahwa ia adalah salahsatu penentu bagi jiwa-jiwa kepemimpinan dimasa depan. Lewat sentuhan tangannya yang begitu lembut mampu mengukir insan-insan yang begitu kokoh untuk menjalankan tampu kepemimpinan negeri ini. Sentuhan hangat peluknya selalu mampu tenangkan kalbu yang sedang diselimuti kesedihan hidup yang terkadang terasa begitu membebani jiwa. Bahkan dengan segores senyum disketsa wajahnya ia mampu melukiskan senyum keindahan pada begitu banyak insan.

Minggu, 19 Februari 2012

Persembahan untuk Kaum Hawa

Jikalau kita berbicara tentang masa remaja akan ada banyak hal yang dirasa sangat menarik untuk diperbincangkan. Masa remaja menjadi kepingan puzzle yang selalu identik dengan rasa cinta. Begitulah kita para muda-mudi menyebut rasa aneh yang entah dari mana asalnya. Rasa kasih yang muncul tanpa pernah kita rencanakan, kemudian bersemayam didalam jiwa kita. Sebuah rasa yang tak akan mampu kita definisikan dengan kata-kata, begitulah keagungan Allah SWT. yang telah begitu indah menyemai cinta dalam hati setiap insannya.
Ada begitu banyak kisah tentang cinta yang pernah kuketahui, entah kisah dengan fase perkenalan yang pelaksanaannya jauh dari Ta’aruf yang telah diatur dalam islam, atau fase awal hubungan dua insan yang sedang kasmaran hingga fase dimana loyalitas mereka sedang diuji dengan badai permasalahan. Begitulah cinta yang aku pahami, semua terasa sangat monoton, manja, tidak mandiri, serta membuai kita pada pola komunikasi yang sangat membingungkan.
Aku melihat ada begitu banyak pola pacaran remaja saat ini kemudian menangis. Aku menangis karena aku merasa kaumku para hawa kini terluka oleh nafsu mereka. Kaum hawa rela disentuh oleh para adam yang tak paham akan batas komunikasi mereka pada lawan jenisnya. Aku tak ingin kaumku semakin terpuruk pada jurang kehancuran yang begitu luas terbentang. Meski aku tak mampu melarang mereka dengan lisan ku dan hanya mampu mengingatkan mereka lewat jemariku.
Dengan maraknya kehidupan para remaja dengan pola kehidupan pacaran membuat aku kembali bertanya pada diriku tentang kesanggupan ku mejalaninya. Aku selalu dipenuhi rasa takut akan kemampuanku menahan emosi jiwa dari jurang cinta penuh nafsu yang ditawarkan dengan anggun oleh para syaitan. Bahkan tak jarang para teman ku menertawakan prinsip hidup yang kujalani sejak awal fase remaja. Aku belum sanggup mengenal seorang adam dengan status melebihi seorang sahabat karena aku takut melukai hati calon imam ku kelak. Aku tak pernah tahu siapa adam yang akan Allah kirimkan untuk menjagaku dalam melangkah agar tak terpuruk dalam kenistaan dan aku yakin jika aku menjaga diriku maka Allah akan mengirimkan seseorang yang terbaik menurutNya.

Rabu, 25 Januari 2012

Hanya Sebait Ungkapan Syukur


Masih ku ingat moment pertamaku mengenal mereka
Menatap wajah - wajah lelah kakanda - kakanda ku
Dalam letih mereka menggoreskan seutas senyum untuk ku
Semua masih terbayang jelas di dalam memori pikir ku
Sebuah jalan yang kemudian membawa ku menjadi diriku kini
Menemukan keluarga baru yang melindungiku
Sebuah ikatan yang mengajarkan aku arti berbagi dan kebersamaan
Masih adakah egoisme…..
Aku sadari Itu manusiawi …….
Namun sebuah rasa membuatku memilih mereka
Sebuah tali kasih telah kurajut dihatiku
Meski berulang kali kuterluka
Namun inilah pendewasaan yang kutempuh……
Inilah jalan yang telah kupilih
Sebuah proses mengenali saudaraku
Dalams ebuah ikatan persaudaraan
Takkan pernah pudar…..
Ataupun menghilang,…….

For my family AufklarungTeknik,
Karena kakanda2 ku terkasih yg telah menjadikan aku seperti saat ini’
Menjadi seorang IMMawati yang insyaAllah tidak akan mengecewakan kalian
Menyatukan rasa cinta dalam persaudaraan di ikatan yang menangguhkan pribadiku…..
Terimakasih atas penat, lelah, keringat dan air mata  kalian karena itulah yang membentuk ku sekarang………
:)

Kemunafikkan Atas Nama Cinta Kasih


Ketika udara malam merasuk tubuhku
Rasakan getaran keindahan sang pemilik kegelapan
Sepi kuasai memori pikir serta jiwaku
Teriakan menggema mengalunkan seisi jiwa
Dalam kabut gelap kulunglai..........
Meronta tanpa daya
Meraung penuh isak atas ketidakberdayaan saudara-saudara ku
Tertindas dalam bara nafsu sang penguasa
Sang pemilik kuasa atas nama keserakahan........
Masih pantaskah kusebut mereka sang pembela rakyat
Ketika setiap putusan menjadi tangis penusuk tubuh rakyat
Terngiang di memoriku saat dimana sabda itu dikumandangkan
Dengan segala kegagahanya..........
Kemudian senyap bagai matahari dikala senja
Itukah cerminan pemimpin kita........
Sebatas itukah makna sebuah amanah rakyat............
Tak usah menangis karena itu takkan merubah tabiat mereka
Mereka hanyalah patung-patung dengan tampilan ekslusif
Dilengkapi dengan nafsu tak berprikemanusiaan.........
Rapatkan barisan kita kawan
Langkahkan kaki untuk membunuh  kebiadaban berbungkus keanggunan itu
Kita binasakan hingga tak bersisa
Agar tak ada lagi kemunafikkan atas derita rakyat