Kamis, 24 Oktober 2013

Tentang Kerinduan yang Tertahan


Malam ini genap seminggu usai perayaan hari kelahiranku yang ke 21 tahun, hari yang selalu kusebut sebagai pengingat kematian. Membuat aku harus  bergerak mengejar impian yang terus menggangu tidurku dikala aku hanya diam termangu menikmati terbitnya mentari hingga menyambut senja yang memanjakan aku. Seminggu yang lalu kuterima pesan mu lewat sebuah sosial media yang dulu sering membuatmu kesal padaku dengan melontarkan tanya “mengapa kamu tidak mau terkoneksi dengan aku di sini ?” itu yang selalu kutangkap dari gerak bibirmu. Sebuah jawaban yang tak pernah kuurai ditelingamu bahwa aku terlalu sering bercerita tentangmu disana sebagaimana kau sering berbagi disana, meski bukan tentangku. Aku tak ingin mengusik duniamu sebagaimana aku tak ingin kau tau semua tentang pikirku hanya lewat permainan kata, aku ingin kita saling berujar, saling menerka makna dengan memainkan not yang kita mainkan lewat lisan.


Entah ini hari keberapa usai kita memutuskan untuk berjalan di  perputaran kita masing – masing tanpa saling mengucapkan perpisahan. Andai saja kau menemuiku dan mengatakan bahwa dirimu telah menemukan gadis lain yang lebih mampu mengerti kamu, atau kamu menarik ucapanmu tentang keinginan untuk aku terus berada disampingmu, saling mengingatkan dan merangkul mesra segala perbedaan dengan penegasan bahwa kau tak ingin lagi ada aku di setiap pagi dan malam mu. Aku rasa semua akan menjadi lebih mudah untuk aku melupakan bahwa aku pernah begitu menikmati hariku sebagai sahabat sekaligus kekasihmu yang selalu kau jaga dengan tidak menyentuhku.

Aku benci harus menghindarimu setiap kita bertemu, aku tak pernah suka menatapmu sinis tiap kali mata kita saling beradu, menganggapmu tak ada tak pernah mudah bagiku, lebih sulit daripada ketika aku tak mengakui tentang kita di depan banyak orang dulu. Hal ini lah yang selalu aku takutkan ketika dulu kau mengatakan bahwa aku harus memasrahkaan kemana cerita kita akan bermuara, aku takut bila akhirnya aku juga mencintaimu sebagaimana yang selalu kau ungkap sebagai sahabat yang jatuh hati pada gadis yang tak pernah berani jatuh cinta lagi. Kau mengenal aku, itulah yang membuat aku pada akhirnya membuat sebuah pintu agar kau bisa menemuiku yang bersembunyi dibalik tembok keangkuhan yang kubangun.


Andai saja ada sebuah kata kebencian yang kau utarakan padaku maka aku bisa membencimu sebagai seseorang yang jahat, melukaiku. Bodoh mungkin, hingga detik dimana untuk kesekian kalinya aku menangis dan meradang karena kau pergi namun tetap hadir semu dalam kehidupanku seakan semua tentang kita masih dalam keadaan baik – baik saja, ya andai benar – benar masih baik. Masih bolehkah aku mengatakan bahwa antara kita belum berakhir karena aku masih sangat yakin bahwa rasa dan getaran itu masih begitu kurasa setiap mata kita kembali beradu, meski kini dalam sepi.

Aku masih menangkap teduh matamu yang selalu khawatir tentang aku, aku tau pasti tentang mu jauh lebih memahami dari dirimu memahami sendiri. Pernah kutangkap sebuah alunan tentang kekhawatiran yang kita menyelimuti pikirmu tentang sebuah kondisi semu yang mengusik kembali maka ku katakan berhentilah menerka ketika aku tak lagi menjawab karena kebiasaan itulah yang selalu membuat kita berseberangan memahami satu sama lain hingga berujung gesekkan yang membuat aku tak menyukaimu meski tak jua mampu menghapus bayanganmu. Mari kita simpan semua rasa hingga saat itu datang untuk kita saling bicara mengutarakan segala kebimbangan yang menyekap hati. Sebelumnya berjanjilah bahwa kau akan membawakan aku bintang yang kau janjikan, bintang yang kau kumpulkan untuk sebuah kegagahan selama satu periode perjalananmu tanpa ada aku disana, disampingmu.

#berhenti mengirimi aku getaran itu, karna kau membuat aku semakin lemah tanpamu disisiku
Tapi jangan pernah berhenti mengabariku lewat ketukan jemari yang kau kirim lewat getar kerinduan yang hanya mampu kutangkap lewat aksaraku

Aku masih disini, menunggumu hingga kita saling beradu mesra dalam kata yang telah lama tertahan.

Kamis, 10 Oktober 2013

Hari Refkeksi Angka 21

Ucapan penuh rasa syukur kembali kulafaskan dalam perbincangan mesra padaNya usai ritual subuhku hari ini, nikmat, membuat aku terlena dalam keheningan. Seburat orange mulai nampak mengiringi kehadiran sang fajar yang masih setia mengemban amanahNya untuk menghangatkan bumi, membuatku kembali bersyukur atas segala anugerah untuk membuka kedua kelopak mata lagi pagi ini. Heiii kalender di atas mejaku menunjukkan tanggal 11 oktober ya, aku baru teringat. Hari ini, tepat 21 tahun yang lalu mamak berjuang menghadirkan puteri sulungnya untuk menatap dunia yang menjadi tempat kita bernaung, bernama bumi. Bahagia rasanya menyadari bahwa aku kini bukan gadis kecil lagi, gadis yang dulu selalu bergelayut manja dipundak bapak yang selalu mengecup kening dan pipiku setiap pagi aku beragkat ke sekolah, kembali rindu masa itu. Mamak yang selalu memanjakan aku dengan segala kesabarannya, betapa aku kembali bersyukur karena telah dititipkan pada sebuah keluarga yang begitu hangat dan hebat dalam mengajarkan setiap sudut kehidupan ini dengan caranya yang sederhana.



Tuhan, hari ini aku merasakan betapa rasa kasih sayang-Mu kembali menyelimutiku dengan hangatnya. Aku sadar Tuhan betapa kehadiran akan Kau iringkan dengan kehilangan, kebahagiaan dengan kesedihan, tawa dengan isak tangis, dan aku kembali ingin memeluk-Mu erat, karena dengan segala hukum alam itu aku semakin menyadari bahwa hanya Engkau sandaran terbaik yang tak akan hilang, tapi semakin membuatku bersyukur. Terimakasih ya Tuhan, karena nikmat sakit yang Kau berikan padaku sehari sebelum hari refleksi diri ini, yang berarti Engkau telah meringankan beban dosa yang telah aku lakukan selama setahun terakhir. Betapa Engkau kini sedang memeluk dan mengecup kehidupanku dengan begitu menenangkan, meski aku masih sering membuat ulah dalam setiap perjalananku.


Tuhan, lagi lagi hanya ucapan terimakasih yang mampu ku utarakan pada-Mu, karena Engkau  sudah menghadirkan banyak sekali warna yang berpendar menghiasi perjalanan kehidupanku hingga angka 21 ini hadir. Dan bolehkah aku meminta sebuah hadiah Tuhan, ya sebuah hadiah dari-Mu. Aku ingin Engkau berjanji Tuhan untuk selalu mendekapku erat dalam hangat kemesraan, agar aku tak lagi lengah dan bermain terlalu jauh dari sisi-Mu. Jangan pernah renggangkan lagi pelukannya ya Tuhan, aku takut, takut menjadi lemah atau mungkin menjadi liar tanpa pelukan hangat-Mu lagi yang menenangkanku.



Hari ini adalah hari refleksi, hari merenung, tentang begitu banyak momen yang telah aku kecap nikmatnya dari Sang Pemilik Kehidupan. Maka aku akan berusaha menjadikan hari ini dan hari-hari kedepannya menjadi pengabdianku pada orang-orang disekelilingku, berharap aku tak lagi membuat orang-orang yang menyayangiku kecewa, semoga aku telah mampu menyingkirkan segala ego yang selalu mendominasi hati. Menikmati sisa usia yang Tuhan berikan untuk nafas-nafas yang lebih bermakna amiiiin ya Rabb.....


Rumah terhangat bersama kedua malaikat yang Tuhan titipkan aku bersama kedua kurcaci kecil yang teramat manja #PelukHangatDariLeti

Percakapan Mars dan Venus

Mars: Venus, mengapa kamu menghilang dari peredaranku, sementara dulu kamu pernah berjanji untuk menemaniku dalam perjalanan panjang yang kini tengah kutempuh

Venus : Aku tak pernah ingin menghilang atau meninggalkanmu, tapi kamulah yang telah membuatku harus menjauh dari peredaranmu, mars.....

Mars: Aku??? Bagaimana mungkin, Aku selalu ingin kamu ada untuk menjadi pendengar setiaku seperti dulu venus...

Venus : Ingatkah kamu saat kamu pergi dariku tanpa meninggalkan pesan apapun??? bahkan berulang kali aku menghubungimu, namun tak jua aku temukan jawaban dari lisanmu...

Mars: ........

Venus : Bahkan kamu tak pernah menyadari bahwa aku tak pernah benar2 menghilang dari peredaranmu, aku masih ada menemanimu Mars, memastikan kamu baik2 saja, meski hanya lewat tangan2 orang2 disekelilingmu, aku hanya ingin memastikan kamu masih menjaga impianmu....

Mars: ............

Venus: impian yang dulu kau utarakan padaku, meski kau tak lagi menoleh padaku yang selalu meradang, terisak merindukanmu......

#VenusMerindukanMars

Rabu, 18 September 2013

DULU



Dulu aku takut melihat hitam mu meski ku tau kamu tak selamanya putih. Dulu aku takut bila suatu hari benci hadir ketika mata menangkap hitam di sisi tubuhmu yang dulu bersandar di pundakku. Aku pun mengerti bahwa aku memiliki hitam sebagaimana kamu memiliki putih, namun dulu kabut bernama rasa telah lebih dahulu menutupi mata hingga hitam tak lagi nampak.
Dan sekarang semua masih sama, aku masih takut mengakui hitam mu, masih dengan alasan yang sama tentang kabut bernama rasa yang tak beranjak barang se senti dari sukma.
Siang ini sembari mengobrol, abang memainkan kembali si merah muda, masih ingatkah kamu tentang si biru dan merah muda???  ya biru muda yang kuberikan padamu tepat 21 Maret kemarin, di hari kamu mengingat perjuangan ibumu yang merekah bahagia atas hadir putra perrtamanya. Baru saja kamu berjumpa dengan abang kan, sekedar menatap dan aku bersyukur tak menyadari kehadiranmu, meski rindu itu masih menghadirkan mu dalam setiap lelapku di malam hari. Cerita ku kepada abang masih sama, masih menghadirkan namamu antara tawa dan perih yang membumbui hati, aku masih teramat merindu.
Ini hanya tentang sebuah gantungan yang dulu sepasang, biru ada padamu dan merah muda ini menggantung manis di ponselku. Masih ponsel yang sama, ponsel yang dulu selalu kamu mainkan gantungannya, kamu buka galerinya, ini yang merekam semua tentang kita di masa itu. Masih kuingat betapa jahilnya tawamu menggodaku tentang si merah muda dan biru, kamu tak bisa memasang si biru, bahkan hingga mereka tak kan berjumpa lagi. Aku teramat menyukai merah muda karena dia yang menemaniku dari senyum yang kamu toreh hingga luka yang kamu hunuskan begitu dalam. Benda ini lah yang kemudian memfasilitasi  kesalahan dalam kita memahami tindakan satu sama lain hingga benteng itu terbangun berselimut ego masing – masing dari kita.
Kamu tak keberatankan bila merah muda masih menemaniku, bahkan ketika aku mulai tak perduli tentang kabar biru, entah apa kabarnya. Abang mungkin lelah mendengar celotehan galau adik nya ini tentang kamu, dia kakak yang baik bukan, menemani aku dan kamu bahkan hingga di akhir cerita kita. Aku sangat bersyukur bahwa abang tak membencimu, karena ketika benci itu hadir pada orang – orang disekeliling ku, kamu tahu betapa aku kembali meradang. Mungkin kamu sudah melupa tentang kita, tapi aku tak mudah melupa tentang kamu, aku masih dengan pikiran ku tentang apa kamu baik – baik saja, masihkah kamu bercumbu mesra dengan batang yang mengepulkan asap menyesakkan, tentang kesehatanmu yang selalu mengahdirkan cemas. Semoga kamu baik – baik disana. Berjalanlah biarkan aku dengan diriku sendiri, menikmati kerinduan yang entah kapan mampu aku sirnakan dari sini…..
Dulu tentang rindu.
Kini tentang rindu yang meradang dan tanya tentang kabarmu

Selasa, 10 September 2013

Bicara Tentang Candu


Menatapmu adalah hal yang teramat kubenci, taukah engkau tentang hal ini, pahamkah. Meringkuk, ketakutan mengerogoti tubuhku, terjerumus dalam tajamnya hunusan mata yang mengiringiku menyelami hatimu, hilang arah. Mungkin akan membuat setiap saraf tubuhmu tergelitik tak tertahankan kala indra mu mendengar alasanku. Betapa tatapan itu telah menjelma menjadi candu, kini. Aku meneteskan peluh, entah untuk berapa lama hanya agar mampu menatap bingkai hatimu dengan ketenangan. Aku berhasil, meski hanya cangkang.
Dimensi pikirku masih berkolaborasi dengan kedua bola mata, indahnya menikmati permainan lentik jemari yang mengurai tentang betapa candu masih begitu tak terkendali, belum mampu kumusnahkan. Aku sadar jika monitor di otakku telah mengatakan bahwa grafik semakin menunjukkan betapa kritisnya aku. Pernah aku bercengkrama dengan cahaya dan berujung pada tanya, tentang berapa banyak neotransmitter di tubuhku  yang telah menguap, lenyap, entah kemana, sebab candu.
Aku adalah perempuan, menjalani peranku secara alamiah sebagaimana ketukan nada yang selalu kau mainkan lewat senyapnya malam dipinggir perapian yang kau nyalakan bagiku. Wajar bukan jika aku menghapal setiap detail tentangmu di musim pertama kita saling memeluk mesra ego masing – masing, menyimpannya dengan kekuatan yang entah Dia hadirkan darimana.
Otakku merekam jejak- jejak yang telah mampu kutelusuri, tentang aku, tentang kamu. Mungkin akan tedengar sangat kekanakan saat ku mengakui bahwa aku menyimpan setiap pesan yang kau ukir untukku, terhitung saat kau lebih dulu memulai langkah. Aku takut jika suatu hari otak kecil dan besarku tak lagi seirama, kemudian aku kehilangan tumpukkan naskah tentangmu, aku takut, teramat. Lewat setiap visual yang terabadikan dalam kesederhaan, aku menjaga hati, belajar terus menumbuhkan rasa yang terkadang mulai terkikis dalam rutinitasmu yang mendorong aku terjembab di kursi kesekian dalam hidupmu.
Aku yang mencipta candu dari senyum dan manisnya dongeng yang kau bacakan sebelum lelapku. Mencipta percaya dari hangatnya genggaman dan hadirmu yang berikan pelukan erat, sandaran ternyaman bagi jiwaku. Aku perempuan, lagi dan lagi kukatakan bahwa sentuhan mu membuat oksitosin ku semakin menguap, mencipta percaya dan cinta meski sadar akan hati yang lagi dan lagi tergores.
Entah suara keberapa yang kini kutangkap, setelah suara – suara yang senada sebelumnya telah menghadirkan isak bahkan lebih menyesak dari malam ini. Insan- insan yang Tuhan hadirkan untuk mengingatkan tentang betapa aku menjadi katak bodoh yang setia menanti dalam kubangan lumpur, meski kau tak berkabar. Aku menangkap lebih karena ku menjalani setiap babaknya, mereka hanya menjadi pengamat yang setia mengingatkan aku dan kemudian menemani ku dalam rangkulan kesabaran kala aku sesak dalam isak.
Bulan malam ini telah menghadirkan sebuah cahaya yang menyadarkan aku dari tidur berkepanjangan, dan kini semua harus segera diakhiri, meski dengan ketidakdewasaan yang kuingin. Kembali menata setiap sudut ruang yang telah porak poranda karena ketidakhatianku menyusuri gerbong dalam perjalanan. Tak menyesal. Aku belajar. Belajar menjadi dewasa menghadapi pribadi yang ternyata membuatku candu dan jatuh.
#bincang tentang candumu

Sabtu, 07 September 2013

Terluka Pemintal Sendiri

Aku tak mengerti dimana semua bermula, hingga akhirnya aku berada dalam satu gerbong yang beriringan dengan gerbongmu. Menikmati sebuah perjalanan tak singkat, melewati berbagai titik yang tak pernah ku tau sebelumnya.
Aku juga tak pahami bagaimana cara mengakhiri perjalanan ini, terlalu menikmati, rumit. Berbincang dalam sunyi , sekejap. Dalam rasa yang masih terpaut dan terjaga. Lisan ini terlalu sombong untuk menunjukkan kemampuannya, ia tinggi, sulit tuk digapai.
Aku dan kamu bukan ahli nujum yang hebat dalam menerka, aku tak jua mampu membaca isi hati dan jalan pikiran mu, gumpalan benang, sepi. Membusuk dalam senyap kotak lama yang mulai usang, meringkuk, tak bersuara.
Peri peri kecil kembali mencumbu mesra aku malam ini, sebagaimana mereka pernah menyentuh kita dalam mesra beku dan gelapnya perputaran roda. Masih bisakah aku mendampingimu, meski tak lagi nyata disisimu.
Teramat luka menatap penatmu, masih bisakah aku menyentuh pundakmu yang dulu selalu jadi sandaran senduku, sekedar mengurangi lelahmu setelah berhari – hari tenggelam dalam hingar bingar dunia yang kau cintai.
Taukah engkau bagaimana melihat wajahmu semalam dengan rasa yang tak begeser barang satu centi, terkunci dalam tatapan hening, tiga puluh detik. Sentuhan itu kembali, masih sama rasanya, masih sama candunya, tak berkutik menahan rindu dan perih. Hadir tanya, tak lelah kah aku menangis pilu atas sebuah akhir yang membuat kita tak lagi saling menopang, aku lelah, tak mampu berpindah.
Andai pintu ajaib si kucing manis bernama doraemon mampu kumiliki mungkin aku akan meminta untuk dia memutar waktu, kembali lampau, atau kedepan lebih cepat. Salah jika aku masih merajut bunga dengan namamu meski tangan tergores karena pemintalnya. Aku masih tersenyum meski kau tau pasti yang terjadi, gejolak yang akan selalu kau pahami. Bahwa tak pernah mudah mengubah rasa, bagiku, mungkin bagimu.
#Dalam Gerbong Perjalanan Tiga Tahun Merajut Rasa Bersama mu schatje ♥

Hasil Semalam

wadahku sudah penuh
meluap,
tak lagi mampu menampung kesedihan yang terukir bagi jiwa diseberang
akhiri, ya kuakhiri malam ini
kebodohan yang telah menyekapku dalam kegilaan jiwa
sudahi,
jangan lagi kau gelayutkan harap dalam semu sikap
jauhi,
abaikan,
semua sikapnya tak akan lagi menyulap putusku jadi bahagiamu
Berakhir
jaring laba-laba telah lenyap dalam gelap malam
usang dalam ruang pengap tak berpenghuni…..

Jumat, 06 September 2013

Meradang Dalam Sebuah Kotak

Mentari baru saja menampakkan rupanya dihadapku. Dan beku masih menyelimutiku dengan mesranya. Taukah kau dimana keberadaanku sekarang, atau mungkin kita sama, sebagaimana aku kehilangan kabar tentangmu kini. Baiklah, kutitipkan kabar lewat bisikan kepada awan yang sedang berarak datang menghampiriku ya, agar kau tak lagi cemas tentang ku.
Selamat datang di kotak baruku, disini aku akan memulai sebuah kisah baru, awalnya. Dulu aku berkhayal akan mengajakmu kemari, menikmati suasana menenangkan, jauh dari kebisingan yang kita miliki, dulu. Membayangkan bagaimana dua gumpalan bernama hati akan kembali kita rajut dengan atmosfer baru tanpa topeng, aku berharap.
Aku menata semua dengan warnaku, aku menyukainya. Kotak baru ku sangat nyaman untuk ku melepas penat, menikmati kesunyian seperti yang selalu kuurai saat terakhir kita duduk bercengkrama dengan dinginnya kota terrcinta, malam terakhir sebelum semua benar-benar berakhir, kini. Ingin aku kirimkan visual yang mataku tangkap untukmu, hanya ingin kau tau ini sangat menyenangkan.
Aku ingin menagih sebuah janji, di malam terakhir tentang kita. Engkau akan menjadi yang terbaik yang pernah ada untukku, selalu. Aku baru saja membuka sebuah tumpukkan, aku menemukannya, sebuah berkas yang hendak kutinggalkan di kotak lama, berkas tentang dimensi setahun lalu, bersamamu. Untaian pemanis yang selalu membuatku kecanduan, meradang kini, hatiku.
Entah bagaimana sukma ketika menangkap hati baru yang mungkin kini ada disisi penjaga jiwa, dari masa lampau, kurun waktu teramat singkat. Akankah menjadi tegar atau akan terdiam, beku, hingga mati dalam sepinya jiwa. Aku tak tahu dan belum mampu mencipta penyangga agar tersandar dengan aman. Berdoa……
#pagi ditemani secangkir susu cokelat dengan berselimut kemesraan mentari, sendiri

Lengah

Menghirup kesegaran oksigen ditemani sang fajar yang baru saja menampakkan wajah aslinya, ia baru bangun dari lelap sepanjang malamnya. Beku, gemetar tubuhku dalam bungkus keheningan pagi, aku masih disini, dikota dimana kita mulai belajar berucap dan melangkah. Kornea mata ini baru saja menangkap seburat cahaya yang kemudian ditangkap oleh lensa mata cokelatku tentang sebuah alunan musik yang menceritakan tentang arti kehidupan. Bosankah engkau dengan tuturku…..dengarkan sebentar saja, ini bukan hanya tentang sebuah cerita cinta antar dua gumpal daging bernama hati. Rasa bukan hanya tentang seburat tawa, tapi ia sempurna lengkap dengan tetesan embun dan goresan luka, entah kapan keduanya akan kau kecap.
Hadir akan disuguhkan dengan manisnya kehilangan, sebagaimana kebahagiaanmu akan dijenguk oleh tangis kesedihan, aku pun tak tahu kapan dan bagaimana ia akan menyentuh setiap sudut kehidupan aku dan kamu.
Aku selalu bermimpi bahwa saat jarum jam memeluk mesra angka 24, maka Tuhan akan menghadiahkan aku. Jangan pernah berpikir ini tentang kotak besar dengan pita berwarna merah muda diatasnya, aku tak mau. Gadis kecil dengan untaian pita di gaun panjangnya masih sangat manja, ia ingin seorang pangeran berkuda datang dan menjemputnya. Engkau tahu tentang bagaimana aku menjaga nya selama 20 tahun kehidupanku. Aku masih bermimpi bahwa ia yang pertama akan menjadi selamanya, lengkapi, bagiku.
Kehadirannya sunguh tak tau diri, ia datang bagai anak kecil yang hendak menemani ku bermain dan bernyanyi, berlari mengelilingi taman dimana aku terbiasa menikmati hening. Tuhan, cerita apa yang tengah Engkau biarkan ia rajut di catatan mungilku. Keterbiasaan yang membuat ia masuk dan mengunci rapat ruang sunyiku tanpa sempat aku cegah.
Dan kini satu babak yang kembali harus kita urai setiap helainya, aku tak mau ini jadi gumpalan benang kusut yang berserakan di kotak kecilku. Aku pun menyadari betapa patahnya satu kepingan rasa dapat merobohkan benteng kokoh yang telah dibangun dengan kehati-hatian, aku kecolongan.
Menyesalkah…. Aku rasa tidak, karena sang pendengar kini mengerti tentang sebuah rasa yang hadir dengan paket yang sempurna, bukan sekedar analisa dan mendengar, tapi dapat merasa dengan hati yang dimiliki
Selalu bersyukur…..
#Usai menonton rectoverso ditemani secangkir cokelat panas digelas the simpson

Senin, 02 September 2013

Meradang Dalam Sebuah Kotak

Mentari baru saja menampakkan rupanya dihadapku. Dan beku masih menyelimutiku dengan mesranya. Taukah kau dimana keberadaanku sekarang, atau mungkin kita sama, sebagaimana aku kehilangan kabar tentangmu kini. Baiklah, kutitipkan kabar lewat bisikan kepada awan yang sedang berarak datang menghampiriku ya, agar kau tak lagi cemas tentang ku.
Selamat datang di kotak baruku, disini aku akan memulai sebuah kisah baru, awalnya. Dulu aku berkhayal akan mengajakmu kemari, menikmati suasana menenangkan, jauh dari kebisingan yang kita miliki, dulu. Membayangkan bagaimana dua gumpalan bernama hati akan kembali kita rajut dengan atmosfer baru tanpa topeng, aku berharap.
Aku menata semua dengan warnaku, aku menyukainya. Kotak baru ku sangat nyaman untuk ku melepas penat, menikmati kesunyian seperti yang selalu kuurai saat terakhir kita duduk bercengkrama dengan dinginnya kota terrcinta, malam terakhir sebelum semua benar-benar berakhir, kini. Ingin aku kirimkan visual yang mataku tangkap untukmu, hanya ingin kau tau ini sangat menyenangkan.
Aku ingin menagih sebuah janji, di malam terakhir tentang kita. Engkau akan menjadi yang terbaik yang pernah ada untukku, selalu. Aku baru saja membuka sebuah tumpukkan, aku menemukannya, sebuah berkas yang hendak kutinggalkan di kotak lama, berkas tentang dimensi setahun lalu, bersamamu. Untaian pemanis yang selalu membuatku kecanduan, meradang kini, hatiku.
Entah bagaimana sukma ketika menangkap hati baru yang mungkin kini ada disisi penjaga jiwa, dari masa lampau, kurun waktu teramat singkat. Akankah menjadi tegar atau akan terdiam, beku, hingga mati dalam sepinya jiwa. Aku tak tahu dan belum mampu mencipta penyangga agar tersandar dengan aman. Berdoa……
#pagi ditemani secangkir susu cokelat dengan berselimut kemesraan mentari, sendiri

Minggu, 01 September 2013

Semu Hanya Bagi Matamu

Aku tak pernah ingin mengatakan jika aku membencimu
Bahkan hingga detik ini
Detik dimana yang lain mengatakan kau tempramen
Bagiku kau hanya belum mampu mengendalikan emosimu
Meningalkan mu adalah pilihan terbaik, begitu yang saudaraku katakan
Namun aku masih disini, disampingmu
ya.....
Kini saat aku telah memutuskan pergi
Bukan karena aku ingin
Kau yang memintaku tuk pergi tinggalkanmu
Aku bertahan hingga kau menghujamku
Kurung aku disini
Ruang gelap
Aku tak bernafas lega
Hilang jejakmu
Dan.......
Aku hanya berharap kau mampu menjalani semua yang ada padamu hingga detik ini....
Jangan kirimkan aku berita sedih lagi
Aku hanya ingin dengar bahwa kau bahagia disana
Meski dengan sosok baru
Aku akan tersenyum untukmu
Tak tau hatiku......

Untukmu schaatje.....
Semoga kau bahagia disana
Aku masih ada, meski kau tak pernah tau apa yg kulakukan kini untukmu
karena kini aku tak nyata di matamu....

Senin, 26 Agustus 2013

Kabut Ego

Aku hanya mencoba, menjadi yang terbaik
Engkau hanya diam, beku mematung
Cinta bukan sekedar rasa sir,
Dia akan mati dan melenyap ketika kau hanya diam
Dia butuh sebuah pelembagaan, aku yakin kau tau maknanya
Dia butuh dipertahankan, hatimu ditutupi dengan kabut ego
Selama kau diam maka kau tak akan pernah temukan cinta
ya rasa dengan serbuk termanis yang seharusnya mampu kau kecap.....

Terimakasih Tuhan

Tuhan, terimakasih....
Telah engkau kenalkan aku arti mencintai dengan ketulusan hatiku lewat hadirnya
Dengannya aku belajar tentang arti kesabaran yang sesungguhnya....

Sandiwara

Ada luka disini, dihatiku
Butakah engkau tuk melihatnya
Atau hanya sandiwara egomu.....

Tersisia Setengah

Aku terlalu lelah untuk bertahan dengan hati yang terlalu egois dengan gengsinya
meski harus menjalani hari - hari ku kedepan dengan setengah hatiku yang tersisa
disini.....

26.08.13

Mendewasalah,
Berhenti bersikap seakan semua tak pernah ada masalah
Mari kita selesaikan dengan duduk bersama dengan tenang

Minggu, 25 Agustus 2013

maaf belum bisa amnesia

hi sir, lagi apa kamu disana, sibuk ya dengan kegiatan kampus yang semakin menyesakkan, sabar ya pemimpin baru..... :D
istirahat ya sir, jangan abaikan kesehatanmu seperti sebelum-sebelumnya, aku nggak bakal mau nemenin kamu cek up ke lab kalau kamu sakit lagi
kamu tau siang ini panas banget ditempat magang, aku lagi berbicang sama si putih nich, iya kita lagi bicara tentang kamu sir
ada banyak banget kisah yang mau aku urai ke kamu, tapi sayang banget ya kamu nggak ada disini lagi, disamping aku, seperti yang dulu kamu janjikan sebelum aku magang, nggak pa-pa kok sir aku kan puteri mu yang mandiri, iya kamu selalu bilang aku wonder woman kamu yang selalu kuat....
sir, aku kangen banget dengerin suara kamu, mendengar manis kata rindu dari kamu, iya sapaan sayang yang selalu kamu kirim sesaat sebelum aku terlelap, dan senyuman yang selalu hadir kala subuh menjelang
aku pengen ketemu kamu sir, duduk sebentar aja buat menyelesaikan kesalahpahaman diantara kita, ya aku dan kamu memang terlalu sibuk dengan ego masing - masing ya sampai nggak mau memulai untuk mencumbu hangatnya kebersamaan lagi
apa aku yang harus mengalah lagi sir, aku rindu sosokmu yang selalu menawarkan waktu untuk mendengar kisahku, aku rindu kamu yang selalu terbuka tentang banyak hal padaku sir......
salah ya kalau sampai hari ini aku belum juga mampu menghapus kamu dari pikiranku
setiap menemukan banyak hal tentang kita aku selalu berusaha melupakannya, but aku nggak bisa sir, selalu gagal

Jumat, 23 Agustus 2013

41

Aku lelah
Ini pagi kesekian dimana aku bangun dan harus kembali menyadari bahwa engkau dengan tidak sopannya hadir di mimpiku
Pagi ini aku bagun kembali dengan hati yang tak lagi utuh
Aku lelah dengan setengah hati yang kau sisakan disini
Lelah.....


buat kamu schatje hegel
Kotak Kecilku, 24 Agustus 2013
Satu setengah bulan setelah kepergian mu yang tak berkabar.....

02.00 am

Kamu tau
Aku tak ingin mengingatmu lagi, terlalu menyakitkan
Tapi otak ini terlalu egois untuk melukai hati
Dia selalu memutar memorinyauntuk setiap dtik tentangmu
Otak ini pun sangat menyebalkan
Ia selalu membunyikan alarm bisingnya untuk mengingatkan aku setiap kali aku susuri jalan yang sama, kulihat tempat -  tempat dimana kita pernah mengukir kisah, tumpukkan buku itu, lolypop yang selalu kuhadiahkan padamu.....
Bahkan mengapa kau tinggalkan kenangan ditempat bernama ketinggian
Tempat ternyaman bagiku untuk melepas sesak
Dan kini menyiksa
Aku tak tau......



                                                                               Malang/ 24 Agustus 2013/ 02.00 am
                                                                                                 Letisia

Selasa, 20 Agustus 2013

Pecinta Kopi III

Dan kamu yang selalu menguatkanku untuk bertahan menjaga apa yang telah kita cintai dengan hati, bukan menyerah dengan keadaan yang kadang menyakiti #PecintaKopi

Tentang Pecinta Kopi II

Kehilanganmu mungkin hal yang menyakitkan bagiku, namun aku pun meyadari ternyata kau memang bukan nafas yang Tuhan kirimkan untuk lengkapiku. Terimakasih karena telah ajarkan aku indahnya satu rasa bernama cinta.... ya cinta #PecintaKopi

Tentang Pecinta Kopi

Menyusuri jalan ini dalam perjalanan ku pagi dan petang seperti aku sedang menyusuri setiap sudut kenangan tentang kita, mengisahkan babak demi babak kisah yang kita rajut disini..... #PecintaKopi

Jumat, 16 Agustus 2013

MOVE ON




Hidup adalah sebuah gerbong panjang yang membawa kita menuju tempat yang kita impikan, menyuguhkan setiap keindahan disepanjang perjalanan yang kita tempuh. Semua ditampilkan sederhana dihiasi sinar dengan frekuensi warna - warni yang berpendaran menghiasi sudut jendela, dimana aku duduk menatap dunia luar. Aku hanyalah sebuah bagian kecil yang mampu terbang dengan sekali tiupanmu, namun aku bukan sekedar partikel biasa karena aku memiliki substansi semangat dan doa didalam jiwaku, partikel yang hampir tak pernah kau lihat. Inilah goresan sketsa kehidupan yang coba kuwarnai dengan kuasku, diiringi ridho dari sang Khalik…… 

Jumat, 09 Agustus 2013

Balada Galau


Tulisan ini adalah tulisan kegalauanku yang pertama kali akan aku posting di blog. Mungkin sebelumnya ada beberapa tulisan kegalauan lainnya but khusus tulisan ini tampaknya aku kehilangan satu warna bernama romantisme yang biasa aku hadirkan di setiap tulisanku, kata orang disekelilingku sich. Aku mula ya cerita kegalauanku malam ini…..

Usiaku terus bertambah bahkan mendekati akhir tahun ini akan genap menjadi angka 21 tahun, ya bukan usia yang tua – tua banget sich but juga bukan kategori remaja lagi. Di usia yang memasuki gerbang dewasa (parameter umur) sebenarnya aku sangat menikmati kehidupanku yang kayaknya masih tetap remaja bahkan terlalu asyik dengan keautisan hidupku, eiiiits….. jangan salah sangka dulu, autis disini bukan autis gadget atau psikis ku yang sindrom down loh ya. Autis yang aku maksud adalah terlalu sibuk menikmati kesendirian, meski bukan berarti aku ngebet mengakhiri status single. Ya paling enggak aku sadar aku cewek normal yang juga punya perasaan kagum sama orang, bukan sebagai adik, temen, saudara, relasi atau apalah itu but sebagai seorang cewek dong. Seperti kebanyakan remaja lainnya aku juga pernah merasakan suka atau kagum dengan makhluk bernama adam, ya bahkan sejak aku resmi dinobatkan sebagai mahasiswa baru.

Sebuah Dongeng Tentang Aku dan Kamu


Rangkaian kata ini adalah aliran sungai yang akan kujaga, meski aku tak pernah tau dimana semua akan bermuara. Hidup adalah tentang bagaimana kita berpikir dan bersikap dalam setiap jengkal kaki melangkah, sebagaimana komposisi sebuah lukisan dengan beragam warna, aku akan menikmatinya dengan pemaknaanku sendiri. Kali ini aku ingin mengurai sebuah dongeng, tentang persahabatan yang melebur dalam sebuah kotak bernama cinta, berawal dari ruang kosong hingga terisi cahaya berpendar, dan kembali menjadi kosong dengan menyisakan warna – warna indah bagi sang pemiliki ruang.

Rabu, 05 Juni 2013

Dia Sahabat, Dia Penjaga Hatiku



Mengenal sosok seperti dia tak pernah kuduga sebelumnya, pribadi yang sangat menyenangkan dan mampu membuatku berbagi banyak hal bersamanya. Persahabatan kami pun berawal dari pertemanan yang kemudian menjelma menjadi sahabat yang berbagi banyak kisah, tentang kuliah, organisasi dan tentunya tentang kisah asmara masing – masing dari kami. Kami seringkali meluangkan sejenak waktu senggang untuk sekedar ngobrol di kantin kampus atau di depan sebuah mushola kecil dimana kami seringkali berpapasan dan kini itu menjadi sebuah kebiasaan. Semua mengalir begitu saja, dia sahabat yang mampu memberikan aku zona nyaman untuk berbagi banyak hal, menangis dan tertawa bersama bukan lagi jadi hal baru bagi kami.

Waktu terus bergulir, hampir dua tahun kami menjalin warna warni kisah persahabatan, hingga tiba pada satu titik dimana aku merasakan ada yang berbeda dari sikapnya padaku. Kecurigaan kakakku saat membaca pesan singkat yang dia kirimkan padaku saat liburan akhir

Cahaya Si Lilin Kecil





Bagai cahaya matahari menerobos lapisan langit hingga ia mendarat di permukaan bumi dengan kehangatannya yang selalu kurindukan. Begitulah cinta datang, berawal dari sebuah keterbiasaan hingga ia menjadi sebuah ketersediaan untuk sebuah pengorbanan, menerobos setiap pergeseran kehidupan. Cinta….ya cinta, mereka bukan sekedar gagasan perasaan, akan tetapi rasa itulah yang membentuk dan menguji sebuah benteng bernama kedewasaan dan kebijaksanaan didalam diri makhluk bernama manusia. Entah bagaimana ia mulai disadari karena akupun tak pernah tahu, namun yang aku sadari hanya aku memang mulai menyukainya dan ingin melihatnya terbalut kebahagiaan dan harus bersamaku……

Namanya Maira, gadis cantik bertubuh mungil yang selalu energik menjalani hari – harinya yang penuh dengan kesibukkan. Ya sibuk kuliah, sibuk mengurus usaha yang sedang dia rintis, dan sibuk…..mengendalikan perasaannya sebagai seorang perempuan yang sering diporak-porandakan dengan dimensi pikir. Pikiran seorang perempuan yang memang sering disinggahi kecurigaan kala sang penenang organ bernama hati dan jantung menghilang dari peredaran kehidupan.  

Kamis, 30 Mei 2013

My Beloved Brothers

me and my beloved brothers



Resti Fuji Lestari, sebuah nama yang sejak 11 oktober 20 tahun silam terukir lewat jemari kedua malaikat terbaik yang Tuhan kirimkan dalam kehidupanku. Sulung dari dua kurcaci kecil yang kini sedang beranjak jadi remaja. Gadis penggemar jeruk nipis dan segala jenis makanan dan minuman dengan rasa asam, penggemar segala jenis makanan terutama khas kota tercinta khatulistiwa. Aku masih penggemar bingka, canai, bubur terutama bubur pedas dan mie kanji.

Ya…..tuan puteri, lama rasanya tak ada yang memanggilku seperti itu lagi sejak sosok abang – abangku tak lagi menemani hariku, mengantar jemput ke sekolah dengan sedikit omelan karena kebiasaan bangun siangku serta menghilang dari sekolah saat dijemput. Aku sayang kalian bang, abang – abang terbaik yang selalu sabar menghadapi adik kecil yang sangat tomboy. 

Masih kuingat satu hari dimana aku menghilang seusai jam sekolah,

Selasa, 23 April 2013

Tanduk Dusta Sang Peri Kecil





Tuhan…..
Dimana titik itu berawal…???
Hingga semua menjadi goresanmu bagi kisahku
Aku tak jua pahami tentang isi hati
Bahagia, sedih, takut, kecewa, meragu……
Semua dalam satu dimensi
Berpadu menjadi sebuah tanya dalam pikirku
Aku nyaman dan menggores senyum yang tak biasa kala bersamanya
Ketakutan dan meragu kala ia mulai jadi canduku
Dosa kah jantung ini kala memainkan ritmenya lebih cepat….???
Kala imajinasi ku mulai tak mampu hapus sketsa wajahnya
Bermain dalam satu rasa yang dulu orang katakan ini cinta…..
Dan bagiku yang tak pernah bisa mendefinisikan kata cinta
Otak dan hatiku sedang kompromi
Memutuskan untuk mengatakan ini kasih sayang
Beda …..
Rasa sayang hari ini bukan yang dulu
Cara ungkapkannya pun telah berubah
Semua jadi lebih mendebarkan
Membuat lidahku keluh dan tandukku kembali berdusta
Tidak, aku hanya anggap kau sahabat
Begitulah saat ritme jantung tak mampu kukendalikan
Maka tandukku lah yang akan kembali berdusta

Jumat, 01 Maret 2013

Perbedaan Seindah Warna Pelangi



Putih dan hitam, gelap dan terang, kesedihan dan kebahagiaan, serta pergantian musim yang terus bergulir saling melengkapi setiap sisi yang mewarnai kehidupan. Sebagaimana pelangi yang memiliki beragam warna, berpadu dengan begitu selaras, sehingga membuatnya nampak indah ditangkap oleh mata. Ada begitu banyak unsur dalam kehidupan ini yang berbeda satu dengan yang lain, bukan untuk saling bergesekkan dan membenci, akan tetapi untuk saling memahami. Perbedaan yang membuat kita mengerti, bahwa hidup bukan untuk diri kita sendiri akan tetapi untuk belajar membuka mata hati dan pikiran kita, tentang begitu indahnya dunia karya sang Khalik, dengan sejuta warna yang menjadi corak kehidupan.
Selayaknya koral yang memiliki beragam warna, bentuk, dan tekstur yang membuatnya nampak berbeda satu dengan yang lain, begitu pula dengan manusia sebagai khalifah dalam kehidupan ini. Manusia memiliki begitu banyak perbedaan yang membuat setiap individu nampak unik, menarik dan berbeda dengan manusia yang lain. Setiap insan yang menjalani roda kehidupan di bumi ini memiliki karakter yang membuatnya dikenal oleh pribadi disekitarnya, dan sudah selayaknya kita memahami siapa dan bagaimana kepribadian kita serta orang – orang disekeliling kita. Lewat proses memahami maka kita akan belajar bagaimana untuk bersikap dan menghargai pribadi yang mungkin berbeda dengan diri kita.
Ada beberapa tipe kepribadian yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, yakni tipe pribadi Kolerik, Flegmatik, Sanguinis dan Melankolis. Setiap tipe kepribadian tersebut memiliki karakter masing – masing yang mungkin agak sedikit berbeda, so buat memahaminya coba dech  kita menilai tipe mana yang paling mendekati pribadi kita atau orang – orang disekitar kita. Satu hal yang harus diingat bahwa kita mungkin saja memiliki kombinasi antara dua tipe pribadi dibawah ini.