Jumat, 09 Agustus 2013

Sebuah Dongeng Tentang Aku dan Kamu


Rangkaian kata ini adalah aliran sungai yang akan kujaga, meski aku tak pernah tau dimana semua akan bermuara. Hidup adalah tentang bagaimana kita berpikir dan bersikap dalam setiap jengkal kaki melangkah, sebagaimana komposisi sebuah lukisan dengan beragam warna, aku akan menikmatinya dengan pemaknaanku sendiri. Kali ini aku ingin mengurai sebuah dongeng, tentang persahabatan yang melebur dalam sebuah kotak bernama cinta, berawal dari ruang kosong hingga terisi cahaya berpendar, dan kembali menjadi kosong dengan menyisakan warna – warna indah bagi sang pemiliki ruang.

Dongeng ini aku jalani bersama seseorang yang mengaku tak pernah menyukai dongeng dan selalu mengatakan “wake up my princess, kamu bukan lagi gadis kecil yang berkhayal dengan setumpuk buku dongeng yang selalu kamu simpan, dongeng hanya milik anak kecil,” masih jelas kuingat momen dimana kalimat itu terlontar dari lisannya. Sosok yang selalu kurindu celotehannya, dia lah yang pernah menghadirkan warna – warna indah itu meski hanya dalam tidur singkatku. 

Sahabat yang selalu berbagi kisahnya, mungkin juga tentang kegalauannya, berceloteh tentang bagaimana ia menjalani akademiknya, roda organisasinya, kecintaannya pada dunia olahraga terutama basket dan sepak bola hingga tentang kisahnya dengan seorang gadis cantik yang kemudian menjadi kekasihnya. Pribadi yang menyenangkan dan sangat ekspresif dalam mengungkap perasaan, dia yang kukenal sejak aku resmi dinobatkan sebagai mahasiswa baru dan saudara dalam sebuah organisasi di kampus.

#Dialah Sahabatku 
Hanya waktu yang mampu kuluangkan untuk menjadi pendengar setia untuk berbagai kisah tawa dan tangis para sahabatku, termasuk dia. Ya sekedar mendengar untuk kemudian memberi sedikit solusi yang kudapat dari kemampuan analisaku yang sebenarnya tak seberapa, apalagi yang mampu kuberikan selain mendengarkan. Sebelumnya semua biasa saja, bahkan ketika ia semakin sering menghubungiku untuk sekedar berbagi tentang kehidupannya. 


Komunikasi yang terjalin semakin intens itu kini telah berubah topik ketika dia mulai asik menceritakan tentang perkenalannya dengan seorang gadis dari kota Batam, ya gadis yang sangat cantik menurutku. Gadis cantik, mandiri, dewasa, cerdas, dan sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol, begitu dia menceritakan tentang sosok adik tingkatnya itu. Bahkan ia meminta saranku tentang bagaimana jika dia ingin mengungkapkan perasaannya pada si gadis, dan aku hanya bisa mendukung.

Suatu malam dia menghubungiku untuk sekedar meminta doaku karena malam ini dia berencana akan mengungkap perasaan nya dengan mengajak sang gadis ke sebuah konser, sebagaimana yang ia ceritakan sebelumnya, dan aku kembali berdoa untuk kebahagiaanmu, sahabat. Kabar baik pun kudapat, mereka resmi jadian, ya akhirnya sahabatku mengakhiri kesendiriannya. Aku pikir dia akan disibukkan dengan romansa bersama pacar barunya, namun aku salah. Selalu ada cerita yang ia bagi denganku, bahkan terkesan terlalu sering, cerita tentang kebingungannya menghadapi sang gadis. Aku hanya berdoa semoga hubungan kalian akan segera membaik, meski akhirnya doa itu terjawab tak sesuai harapan.

#Pacar 3 hari
Terkesan konyol memang ketika kalian memutuskan untuk mengikuti sebuah permainan yang mungkin tak pernah kalian bayangkan sebelumnya, dan itu yang kujalani. Semua berawal dari kedekatan kami untuk saling bercerita, meski yang kubagi hanya tentang kehidupan organisasiku. Entah pikiran gila darimana yang menghampiri kedua sahabat kami hingga mereka menantang kami untuk relationship di sebuah sosial media. Aku pun merasa takut awalnya, namun keberanian dia untuk mengikuti tantangan tersebut membuatku mengiyakan permainan ini, sungguh ini keputusan gila….. 

Selang 5 jam status itu terpampang di timeline, kekhawatiran kembali menyeruak hingga kuputuskan untuk menghapusnya. Keesokan harinya hal ini dia pertanyakan “mengapa aku memutuskan hubungan dalam permainan ini”. Pertimbangan apa yang kemudian membuatku menerima status gila itu kembali hadir di timeline ku, hanya agar aku terhindar dari beberapa orang yang kini tengah mendekatiku dan membuatku sangat terganggu, ya ini kesalahanku. Tak lama status ini kembali ku hapus…..

#Ketakutanku 

Tak banyak yang kubagi tentangku padamu, namun pada akhirnya engkaupun tau bahwa aku memiliki rasa untuk seseorang yang mungkin kini telah pergi dari kehidupanku dan meninggalkan sebuah kekecewaan. Dan kamu berusaha menguatkan dan meyakinkan aku jika dia bukanlah yang terbaik untukku. Masih teringat di memoriku saat engkau memintaku untuk melupakan dia yang pernah mengisi ruang hatiku, aku tak pernah keberatan untuk itu, karena sebelum kau meminta aku telah lebih dulu memutuskan untuk mengobati lukaku, sendiri. 

Muncul sebuah ketakutan dan tanda tanya dalam pikirku kala mulaiku rasakan ada sesuatu yang tak biasa dari sikapmu. Kusampaikan kegundahanku ini pada sahabat yang selalu setia mendengar segala kegalauanku dan mereka mengungkap sebuah pernyataan yang selama ini aku takutkan, ya mereka menyadarkan aku betapa istimewanya perlakuanmu selama ini, menemaniku dalam beberapakali liputanku yang jelas saja tak sebentar, lewat panggilanmu untukku yang terkesan menyebalkan “miss galau”, padahal kita sama – sama tau bahwa kamulah yang lebih sering mengalau mr galau.


Aku tak pernah menyangka rasa sayangku padamu mampu menjelma menjadi sebuah rasa yang selama ini kudengar dengan sebutan cinta, ya cinta, entah apa makna dibalik kata itu. Masih kuingat perbincangan kita yang membuatku tersentak dengan sebuah pernyataanmu “Bagaimana jika persahabatan ini menghadirkan sebuah rasa yang melebihi makna persahabatan yang telah kita jalin, dan kamu tak akan pernah mampu mengingkari rasa itu ketika Allah telah menuliskan itu dalam catatan kehidupan kita” , sebuah kalimat yang terlontar dari lisanmu, membuatku tak mampu berucap, hanya rasa takut.


#Membuka Hati Untuk Dia yang Mencintaiku
Pernah kudengar sebuah kalimat yang isinya kurang lebih begini “Lebih baik belajar mencintai seseorang yang mencintaimu, karena dia akan menjaga dan memperjuangkanmu daripada bertahan dengan orang yang engkau cintai namun mencintaimu dengan setengah hatinya”. 



Bagaimana aku mampu mengabaikan segala perhatianmu untukku sedangkan kita semakin sering bertemu, berbagi dan melewati banyak hal bersama. Senja itu akupun mulai mengetahui apa yang menjadi alasanmu begitu menjagaku. Sebuah perdebatan dalam diriku tentang bagaimana aku harus menyikapi perasaanmu kemudian membuatku mencoba untuk tak memaksakan perasaanku bahkan untuk sekedar belajar mencintaimu. Aku akan membiarkan dirimu menumbuhkan rasa itu pada jiwaku, dan aku tak akan meninggikan tembok pertahananku dan tidak juga akan melemahkan pertahanan itu. Kupercayakan semua padamu, entah bagaimana engkau mampu membuatku jatuh hati padamu dan meyakinkan aku bahwa kau yang akan kupilih.

#Kau Kenalkan Aku Manisnya Romansa Cinta
Manisnya kata rindu yang selalu kau urai mengenalkan aku pada keindahan pelangi yang kau lukiskan pada kehidupanku. Tentang bagaimana menahan kecemburuan kala kau bercerita tentang kedekatan dengan adik – adikmu, tak jarang berujung pada kesalahpahaman dalam mereka mengartikan sikapmu, dan ku coba untuk memahami itu sebagai suatu tanggung jawab yang sama -  sama kita emban hingga detik ini. Bagaimana aku harus menafsirkan diam mu yang menyimpan sebuah kemarahan ketika aku lebih sibuk dengan duniaku dan keperdulianku yang lebih mengutamakan para sahabat dan adik – adik kita.  

Pernahkah kamu tau bagaimana aku menahan sebuah kata bernama rindu untukmu saat kau juga lebih sering larut dalam tumpukan buku sihir dan diskusi sepanjang malam bersama teman – temanmu. Bahkan aku hanya mampu mengingat waktu yang kita habiskan hanya untuk mendapatkan tiket nonton yang sangat kuinginkan, dimana kamu dan aku bisa berbagi cerita setelah menontonnya, masih kuingat jelas betapa hangatnya sikapmu kala itu, malam sabtu yang telah kau jelma menjadi malam minggu pertama. Dan kini tak ada lagi waktu yang mampu kita luangkan, hanya untuk sekedar duduk dan berbincang seperti saat rasa itu belum hadir diantara kita. Aku tak pernah ingin meminta lebih dari semua waktu yang kau miliki, bolehkah aku meminta satu menit saja untuk kau kirimkan sebuah pesan bahwa kau baik – baik saja disana, tak akan lebih…..

Bagiku segala rasa yang kujalani bersamamu, menahan segala rasa dalam tangis dan kemarahan yang selalu kau simpan dan menghadirkan kata maaf yang terus kau ulang telah menjadi satu rasa manis yang akan selalu kusyukuri……  

#Janji Paralayang  
Diketinggian aku selalu merasa nyaman dan lepas, ya lepas dari segala kepenatan rutinitas yang kujalani. Menikmati segarnya udara pegunungan yang selalu hadirkan kehangatan dalam setiap balutan kebersamaan dengan para sahabat. Aku tak akan pernah tau bahwa kau pun menginginkannya, karena tak pernah lagi ada perbincangan lain diantara kita terkecuali tentang bagaimana harus menjaga adik – adik. Dari seseorang aku mendengar bahwa kau ingin pergi ke puncak untuk membiarkan tubuhmu dipeluk dinginnya udara beku pegunungan, ingin ku tatap lekat wajahmu yang terikat semangat untuk berada disana. 


Satu malam sebuah pesan mengusikku, sebuah pesan yang mengabarkan betapa indahnya pemandangan yang kini ada dihadapanmu bersama adik – adik, sebuah keinginan untuk aku menemani mu ada disana, di Paralayang, bersama kamu suatu hari nanti, sebelum aku menepati janjiku untuk menikmati dinginnya Ranu Kumbolo bersama kamu.  

Sebuah janji yang belum mampu ku penuhi…..

#Pertemuan Terakhir
Tak pernah kuduga bahwa ini akan menjadi pertemuan terakhir diantara kita, pertemuan sebelum keberangkatan pengabdianku selama sebulan jauh dari hiruk pikuk kota. Sebuah canda tentang kemungkinan kita akan kembali canggung pada pertemuan usai liburan panjang, tentang janji menemani mu menikmati keindahan di paralayang, dan dorongan yang tak pernah terlupa untukku agar menjalani semua dengan keikhlasan. Terimakasih untuk malam itu, malam dimana kamu menahan segala kelelahanmu untuk menemani ku…….

Kala Kita Jauh
Pagi itu masih kutangkap senyum mu meski lelah tak jua mampu kau sembunyikan, mengantarkan keberangkatanku dan sebuah pesan seperti yang biasa kau lakukan ketika mengantarkan kepergianku sebelum  -  sebelumnya. “Jaga diri baik – baik disana ya, jangan nakal” , dan aku akan selalu menjawab bahwa aku akan selalu menjaga hatiku jika kamu juga menjaga dirimu baik – baik saat kita jauh.­­ 

Sosok mu sesekali masih hadir dalam hari -  hari yang kujalani, di sebuah tempat terpencil, dimana akses untuk berkomunikasi cukup sulit untuk dilakukan. Semangat yang tak pernah luput kau berikan untuk ku dalam menjalani pengabdian ini. Mengingatkan aku untuk segera berbuka dan membangunkan ku untuk sahur sesekali masih engkau lakukan ditengah kesibukkan mu di kampus. “Semangat dan bersabar ya, jalani semua dengan ikhlas, ini semua nggak bakal lama kok jadi nikmatin aja,” kalimat terakhir yang kau kirimkan di bulan suci ramadhan, seminggu sebelum kepulangan ku dari desa ini.

 Kado Menjelang Kemenangan
Tak ada lagi kabar dari sosok itu, berulang kali kucoba untuk menghubungi orang yang selalu menyampaikan pesan rindunya meski hanya sesekali di sela penat harinya, tak lagi ada jawaban. Dan entah mengapa dua minggu setelah kepulanganku masih tak ada kabar sekedar sapa, meski aku pun tau dia masih berada di kota dimana kami menjalani hari. 

Hari ini, dua hari menjelang hari kemenangan entah mengapa aku berulang kali ingin mengecek kontaknya di BBM ku, dan berulang kali aku sadar bahwa kontak itu masih dalam keadaan off. Siang itu jemari ini kembali mengarahkan pencari pada satu nama, dan nama itu sudah menghilang dari daftar kontakku, ya dia menghapus ku dari kontaknya. Tenang, semua akan baik – baik saja, mungkin ini hanya sebuah ketidaksengajaan, but kepercayaan ku padanya tak mampu menyeimbangkan kondisi kami hari ini.   

Aku belajar keikhlasan dan konsisten
Apalagi yang mampu ku ungkapkan selain kesedihan yang terurai lewat embun yang kini membasahi sketsa wajahku. Ada setumpuk tanya tentang alasan atas segala tindakan nya untukku. Aku hanya ingin sebuah komunikasi yang mengurai sebuah alasan agar tak ada lagi hati yang bersuudzon atas kamu. Aku pun ikhlas jika pada akhirnya mungkin engkau telah menemkan sosok yang jauh lebih baik dariku. 

Jika ini adalah jawaban dari segala doaku pada Tuhan, maka aku hanya ingin agar Tuhan memberikan yang terbaik bagi kehidupanmu, maaf atas segala kebawelanku padamu selama kebersamaan kita. Jaga dirimu baik – baik ya, karena mulai detik ini aku tak lagi mampu berceloteh tentang kebiasaanmu dengan rokok, kopi, dan diskusi malam yang membuatmu lupa akan kebutuhan untuk sekedar lelap sejenak. Aku tak akan memaksa diriku untuk menngikis rasa sayang ini sebagaimana aku tak memaksa diriku untuk menerima dan menumbuhkan rasa ini.    

Terimakasih telah menjadi pelangi dalam kehidupanku yang menorehkan banyak kisah manis dalam perjalanan ku. Jangan pernah berhenti mencatat segala perjalananmu dalam catatan kecil yang selalu kau bawa ya meski tak akan ada lagi namaku disana…….

Bantu aku berdamai tuhan dalam keikhlasan melepasnya dengan kebahagiaan barunya…..
tanpa ku….


Di sebuah taman dimana kau semai rasa, dalam setahun lebih perjalanan kita
6 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar