Bagai cahaya matahari
menerobos lapisan langit hingga ia mendarat di permukaan bumi dengan
kehangatannya yang selalu kurindukan. Begitulah cinta datang, berawal dari
sebuah keterbiasaan hingga ia menjadi sebuah ketersediaan untuk sebuah
pengorbanan, menerobos setiap pergeseran kehidupan. Cinta….ya cinta, mereka
bukan sekedar gagasan perasaan, akan tetapi rasa itulah yang membentuk dan
menguji sebuah benteng bernama kedewasaan dan kebijaksanaan didalam diri
makhluk bernama manusia. Entah bagaimana ia mulai disadari karena akupun tak
pernah tahu, namun yang aku sadari hanya aku memang mulai menyukainya dan ingin
melihatnya terbalut kebahagiaan dan harus bersamaku……
Namanya Maira,
gadis cantik bertubuh mungil yang selalu energik menjalani hari – harinya yang
penuh dengan kesibukkan. Ya sibuk kuliah, sibuk mengurus usaha yang sedang dia
rintis, dan sibuk…..mengendalikan perasaannya sebagai seorang perempuan yang
sering diporak-porandakan dengan dimensi pikir. Pikiran seorang perempuan yang
memang sering disinggahi kecurigaan kala sang penenang organ bernama hati dan
jantung menghilang dari peredaran kehidupan.
Maira tumbuh
menjadi gadis yang tegar meski harus menghadapi kenyataan pahit bahwa
kehangatan keluarganya tak akan lagi ia kecap manisnya, semenjak kedua orangtuanya
memutuskan bercerai dua tahun silam. Kekuatan Maira hanya bersama Sam, cowok
yang empat tahun terakhir menemani hari –harinya dengan senyuman dan tangisan.
Sam bukan pacar Mai, bahkan tak pernah ada kata cinta yang terlontar dari lisan
keduanya, tak ada tanggal jadian, tak ada status pacar, bahkan jarang sekali
ada yang namanya malam mingguan hanya ada kata cemburu dan percaya serta foto
satu sama lain didompet sebagai pengobat candu bernama rindu, namun siapa yang
akan percaya bila mereka hanya sahabat….
Sam memang bukan
cowok sempurna di mata Mai, sosok yang sangat ia cintai itu terlampau cuek
untuk Mai yang memang membutuhkan sosok yang mengasihinya. Bersama Sam gadis
ini belajar bersabar menahan rindu dan pikirannya sebagai gadis yang selalu tampak
tegar dihadapan Sam. Sam tak sepenuhya memahami emosi Mai sebagaimana Mai tak
sepenuhnya memahami jalan pikiran dan keinginan Sam. Empat tahun menjadi sebuah
proses panjang pembelajaran kehidupan mereka, sebuah hubungan yang terlampau
sering melibatkan permainan emosi, logika dan perasaan masing – masing, meski
mencoba saling menyelami pribadi satu sama lain.
Hari ini
perasaan Mai kembali diuji dengan kehadiran Rara dalam kehidupan Sam. Tak
pernah mudah bagi seorang gadis untuk menerima alasan apapun bahkan pengakuan
Sam bahwa ia menyayangi Rara sebagai adiknya, ya…tak akan pernah mudah meski
ingin percaya. Bagi Mai Rara adalah adik yang ia sayangi tak kalah perasaan
sayang yang Sam berikan pada Rara, namun Mai pun sadar bahwa Rara adalah gadis
normal yang mungkin suatu hari nanti berpeluang menyukasi Sam karena rasa
nyaman yang Sam berikan padanya, terlampau berlebih.
“Segala sesuatu
mungkin terjadi Sam, mungkin segala bentuk perhatian yang kamu berikan pada
Rara hari ini hanya sebatas rasa sayang untuk adik kita, aku percaya jika kamu
mampu menjaga hatimu untukku meski harus juga kuakui aku cemburu, tapi
pernahkah kamu berfikir mungkin hati Rara akan membentuk endapan bernama cinta
untukmu, lalu bagaimana aku harus bersikap padanya Sam….???” , terlontar luapan
pemikiran yang terlalu lama bersembunyi dibalik senyum manis seorang Maira
untuk Sam.
Pemikiran dan
perasaan adalah dua hal yang akan terus menjadi misteri kehidupan antar
manusia, begitulah Sam mencoba memahami posisi Maira, ia sadar ia telah begitu
egois menyia-nyiakan seorang gadis yang telah begitu tulus menyayanginya,
seseorang yang ia dapatkan perhatiannya melalui proses yang tak singkat dan
teramat sulit. Jujur saja tak pernah mudah bagi Sam memahami sikap Mai yang
terkadang cuek namun ia tahu bahwa gadis manjanya adalah sosok kuat meski ia
juga menyadari bahwa Mai membutuhkan perhatiannya, perhatian seseorang yang
seharusnya menjadi sandaran hatinya kini.
Rara, gadis
kecil itu kini menjauh dari kehidupan Sam, sebenarnya Mai memahami bagaimana
perasaan Rara yang kehilangan sosok Sam
sebagai kakaknya. Mai telah berusaha untuk tegar dan ikhlas jika Sam lebih
dekat dengan Rara, namun Mai juga harus mengakui bahwa ia tak pernah nyaman
dengan kondisi tersebut. Sempat terlintas dibenak Mai untuk menggantikan posisi
Sam dalam kehidupan Rara, wajar karena Mai pun menyayangi semua adik – adik Sam
sebagaimana adiknya sendiri, namun betapa sulitnya ia mengendalikan perasaanya
tanpa Sam pernah tau tentang itu…….
Satu hal yang
tak akan berubah tentang rasa Mai untuk Sam, bahwa ia akan selalu
mengasihinya…..selalu, meski ia pun tahu itu semua tak akan pernah mudah dengan
posisi yang sedang Sam jalani beberapa tahun terakhir. Namun Mai selalu
berjanji pada dirinya sendiri bahwa apapun yang terjadi ia tak akan
meninggalkan Sam, meski ia harus semakin menguatkan kedua kakinya untuk tegar
menjalani hari – hari tanpa perhatian Sam. Ya Sam akan sibuk dengan dunia dan
pilihannya kedepan, namun Mai akan memaklumi itu dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya, termasuk membantu Sam menjaga adik – adik mereka dan menjadi
pendengar bagi setiap keluh kesah Sam seperti dulu saat semua berjalan dengan
lebih mudah…..
Resti, tulisannya masih bersambung apa udah selesai? :D
BalasHapusbelum ada endingnya mas....
BalasHapusmasih biggung hehehe
pembaca jadi penasaran apa cerita selanjutnya
BalasHapus