Rabu, 05 Juni 2013

Cahaya Si Lilin Kecil





Bagai cahaya matahari menerobos lapisan langit hingga ia mendarat di permukaan bumi dengan kehangatannya yang selalu kurindukan. Begitulah cinta datang, berawal dari sebuah keterbiasaan hingga ia menjadi sebuah ketersediaan untuk sebuah pengorbanan, menerobos setiap pergeseran kehidupan. Cinta….ya cinta, mereka bukan sekedar gagasan perasaan, akan tetapi rasa itulah yang membentuk dan menguji sebuah benteng bernama kedewasaan dan kebijaksanaan didalam diri makhluk bernama manusia. Entah bagaimana ia mulai disadari karena akupun tak pernah tahu, namun yang aku sadari hanya aku memang mulai menyukainya dan ingin melihatnya terbalut kebahagiaan dan harus bersamaku……

Namanya Maira, gadis cantik bertubuh mungil yang selalu energik menjalani hari – harinya yang penuh dengan kesibukkan. Ya sibuk kuliah, sibuk mengurus usaha yang sedang dia rintis, dan sibuk…..mengendalikan perasaannya sebagai seorang perempuan yang sering diporak-porandakan dengan dimensi pikir. Pikiran seorang perempuan yang memang sering disinggahi kecurigaan kala sang penenang organ bernama hati dan jantung menghilang dari peredaran kehidupan.  
Maira tumbuh menjadi gadis yang tegar meski harus menghadapi kenyataan pahit bahwa kehangatan keluarganya tak akan lagi ia kecap manisnya, semenjak kedua orangtuanya memutuskan bercerai dua tahun silam. Kekuatan Maira hanya bersama Sam, cowok yang empat tahun terakhir menemani hari –harinya dengan senyuman dan tangisan. Sam bukan pacar Mai, bahkan tak pernah ada kata cinta yang terlontar dari lisan keduanya, tak ada tanggal jadian, tak ada status pacar, bahkan jarang sekali ada yang namanya malam mingguan hanya ada kata cemburu dan percaya serta foto satu sama lain didompet sebagai pengobat candu bernama rindu, namun siapa yang akan percaya bila mereka hanya sahabat….

Sam memang bukan cowok sempurna di mata Mai, sosok yang sangat ia cintai itu terlampau cuek untuk Mai yang memang membutuhkan sosok yang mengasihinya. Bersama Sam gadis ini belajar bersabar menahan rindu dan pikirannya sebagai gadis yang selalu tampak tegar dihadapan Sam. Sam tak sepenuhya memahami emosi Mai sebagaimana Mai tak sepenuhnya memahami jalan pikiran dan keinginan Sam. Empat tahun menjadi sebuah proses panjang pembelajaran kehidupan mereka, sebuah hubungan yang terlampau sering melibatkan permainan emosi, logika dan perasaan masing – masing, meski mencoba saling menyelami pribadi satu sama lain.

Hari ini perasaan Mai kembali diuji dengan kehadiran Rara dalam kehidupan Sam. Tak pernah mudah bagi seorang gadis untuk menerima alasan apapun bahkan pengakuan Sam bahwa ia menyayangi Rara sebagai adiknya, ya…tak akan pernah mudah meski ingin percaya. Bagi Mai Rara adalah adik yang ia sayangi tak kalah perasaan sayang yang Sam berikan pada Rara, namun Mai pun sadar bahwa Rara adalah gadis normal yang mungkin suatu hari nanti berpeluang menyukasi Sam karena rasa nyaman yang Sam berikan padanya, terlampau berlebih.

“Segala sesuatu mungkin terjadi Sam, mungkin segala bentuk perhatian yang kamu berikan pada Rara hari ini hanya sebatas rasa sayang untuk adik kita, aku percaya jika kamu mampu menjaga hatimu untukku meski harus juga kuakui aku cemburu, tapi pernahkah kamu berfikir mungkin hati Rara akan membentuk endapan bernama cinta untukmu, lalu bagaimana aku harus bersikap padanya Sam….???” , terlontar luapan pemikiran yang terlalu lama bersembunyi dibalik senyum manis seorang Maira untuk Sam.

Pemikiran dan perasaan adalah dua hal yang akan terus menjadi misteri kehidupan antar manusia, begitulah Sam mencoba memahami posisi Maira, ia sadar ia telah begitu egois menyia-nyiakan seorang gadis yang telah begitu tulus menyayanginya, seseorang yang ia dapatkan perhatiannya melalui proses yang tak singkat dan teramat sulit. Jujur saja tak pernah mudah bagi Sam memahami sikap Mai yang terkadang cuek namun ia tahu bahwa gadis manjanya adalah sosok kuat meski ia juga menyadari bahwa Mai membutuhkan perhatiannya, perhatian seseorang yang seharusnya menjadi sandaran hatinya kini.


Rara, gadis kecil itu kini menjauh dari kehidupan Sam, sebenarnya Mai memahami bagaimana perasaan  Rara yang kehilangan sosok Sam sebagai kakaknya. Mai telah berusaha untuk tegar dan ikhlas jika Sam lebih dekat dengan Rara, namun Mai juga harus mengakui bahwa ia tak pernah nyaman dengan kondisi tersebut. Sempat terlintas dibenak Mai untuk menggantikan posisi Sam dalam kehidupan Rara, wajar karena Mai pun menyayangi semua adik – adik Sam sebagaimana adiknya sendiri, namun betapa sulitnya ia mengendalikan perasaanya tanpa Sam pernah tau tentang itu…….

Satu hal yang tak akan berubah tentang rasa Mai untuk Sam, bahwa ia akan selalu mengasihinya…..selalu, meski ia pun tahu itu semua tak akan pernah mudah dengan posisi yang sedang Sam jalani beberapa tahun terakhir. Namun Mai selalu berjanji pada dirinya sendiri bahwa apapun yang terjadi ia tak akan meninggalkan Sam, meski ia harus semakin menguatkan kedua kakinya untuk tegar menjalani hari – hari tanpa perhatian Sam. Ya Sam akan sibuk dengan dunia dan pilihannya kedepan, namun Mai akan memaklumi itu dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, termasuk membantu Sam menjaga adik – adik mereka dan menjadi pendengar bagi setiap keluh kesah Sam seperti dulu saat semua berjalan dengan lebih mudah…..

3 komentar: