Senin, 02 September 2013

Meradang Dalam Sebuah Kotak

Mentari baru saja menampakkan rupanya dihadapku. Dan beku masih menyelimutiku dengan mesranya. Taukah kau dimana keberadaanku sekarang, atau mungkin kita sama, sebagaimana aku kehilangan kabar tentangmu kini. Baiklah, kutitipkan kabar lewat bisikan kepada awan yang sedang berarak datang menghampiriku ya, agar kau tak lagi cemas tentang ku.
Selamat datang di kotak baruku, disini aku akan memulai sebuah kisah baru, awalnya. Dulu aku berkhayal akan mengajakmu kemari, menikmati suasana menenangkan, jauh dari kebisingan yang kita miliki, dulu. Membayangkan bagaimana dua gumpalan bernama hati akan kembali kita rajut dengan atmosfer baru tanpa topeng, aku berharap.
Aku menata semua dengan warnaku, aku menyukainya. Kotak baru ku sangat nyaman untuk ku melepas penat, menikmati kesunyian seperti yang selalu kuurai saat terakhir kita duduk bercengkrama dengan dinginnya kota terrcinta, malam terakhir sebelum semua benar-benar berakhir, kini. Ingin aku kirimkan visual yang mataku tangkap untukmu, hanya ingin kau tau ini sangat menyenangkan.
Aku ingin menagih sebuah janji, di malam terakhir tentang kita. Engkau akan menjadi yang terbaik yang pernah ada untukku, selalu. Aku baru saja membuka sebuah tumpukkan, aku menemukannya, sebuah berkas yang hendak kutinggalkan di kotak lama, berkas tentang dimensi setahun lalu, bersamamu. Untaian pemanis yang selalu membuatku kecanduan, meradang kini, hatiku.
Entah bagaimana sukma ketika menangkap hati baru yang mungkin kini ada disisi penjaga jiwa, dari masa lampau, kurun waktu teramat singkat. Akankah menjadi tegar atau akan terdiam, beku, hingga mati dalam sepinya jiwa. Aku tak tahu dan belum mampu mencipta penyangga agar tersandar dengan aman. Berdoa……
#pagi ditemani secangkir susu cokelat dengan berselimut kemesraan mentari, sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar