Kamis, 23 Agustus 2012

Mahameru






Ketinggian memberikan segenggam ketenangan dalam kesejukkan alam semesta, memberikan kesadaran akan kebesaran Allah dengan segenap rasa syukur atas nikmat kehidupan yang telah kurasakan hingga mampu menikmati keindahan alam semesta di Mahameru.(12 Juli – 15 Juli 2012).
Sebuah kesempatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, tentang sebuah mimpi  yang kini telah menjadi nyata dikehidupanku. Berawal dari keinginanku semasa kecil untuk menapakkan kaki di tanah jawa, menjelajah bukit serta gunung tinggi menjulang yang kulihat di lembar – lembar foto abangku. Menyeruak perasaan iri yang kemudian membuatku memberanikan diri untuk bermimpi menatap keindahan sang khalik diatas ketinggian. Sebuah mimpi akan mampu menjadi sebuah kenyataan ketika kita terus berani melangkah untuk mengukirnya dalam kisah kita. Impian itulah yang kini membawaku menapakkan kaki diatas ketinggian penuh kedamaian serta memotretnya dengan kedua indra yang begitu sempurna Allah karuniakan bagiku.
Selasa (12 Juli 2012), aku masih disibukkan dengan rutinitasku dikampus yang tak kunjung usai meski liburan tahun ajaran baru telah dimulai. Dipikiranku masih menyeruak sebuah keinginan yang diselimuti keraguan tentang tawaran seorang teman untuk menatap Mahameru, sebuah gunung tertinggi yang merupakan gunung impianku dimasa kecil. Keinginan itu sempat memudar seiring keberatan yang mama ucapkan pada ku sesaat sebelum aku kembali ke Malang. Dalam kesibukkan jemariku menyelesaikan deadline berita sebelum liburan, masih terbayang ketinggian Semeru nan mempesona. Siang itu jarum jam menunjukkan pukul 10.00 am disaat jemariku meraih handphone sembari menghubungi mama. Bukannya aku ingin menjadi putri yang bandel seperti sebelumnya yang pergi hiking tanpa izin beliau, namun kali ini aku hanya ingin mencoba meyakinkan bahwa aku benar – benar ingin mengunjungi Mahameru sebagaimana yang mama tahu tentang keirianku pada foto – foto yang kudapatkan di saat kecil. Betapa senang rasanya karena setelah beberapa lama memohon akhirnya mama mengizinkan aku untuk mengikuti perjalanan ke Semeru. Aku langsung bergegas menuju poliklinik kampus untuk meminta surat keterangan sehat agar dapat melakukan perjalanan ke Semeru. Sebagai salah satu gunung yang berada dibawah naungan cagar alam bromo, gunung Semeru mengharuskan para pendaki untuk memenuhi serangkain prosedur agar semua pengunjung benar – benar terdaftar di pos registrasi.



Setelah menyiapkan semua kebutuhan di base camp serta memastikan semua peserta berkumpul, akhirnya sekitar pukul 11.00 pm kami berangkat menuju Tumpang untuk mencari kendaraan yang akan membawa kami ke Ranu Pane. Setelah menunggu cukup lama akhirnya Rabu (13 Juli 2012), sekitar pukul 04.00 am kami mendapatkan sebuah truk yang bersedia mengantarkan kami menuju Ranu Pane dengan biaya Rp. 30.000/ orang. Seusai menunaikan sholat subuh di salahsatu masjid dekat pasar Tumpang kami langsung menuju Ranu Pane. Menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam akhirnya kami sampai di Ranu Pane, sepanjang perjalanan mataku benar – benar dimanjakan oleh pesona Bromo yang sangat memukau dihiasi kesederhanaan penduduk setempat yang mayoritas beragama hindu. Betapa tidak aku merasa sangat miris dengan keadaan mereka, melihat keadaan sekolah anak – anak disana yang berpakaian sangat sederhana meski aku tahu ada segenggam harapan penuh semangat d`lam tatapan lembut bocah – bocah kecil didepanku.
Setibanya di Ranu Pane kami harus menyelesaikan beberapa persyaratan yang telah ditetapkan di pos administrasi. Setelah menunggu semua anggota kelompok kami tiba di Ranu Pane akhirnya perjalanan menuju Ranu Kumbolopun dimulai sekitar pukul 03.30 pm. Setelah menempuh perjalanan dengan medan yang aku rasa cukup nyaman selama kuarng lebih dua jam akhirnya tepat pukul 5.30 pm kami tiba di pos 1.  Kabut dingin mulai menyelimuti tubuh kami, sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos 2 kami tak boleh melupakan kewajiban kami untuk menunaikan ibadah sholat maghrib terlebih dahulu setelah itu perjalanan dengan bantuan senterpun kembali dimulai. Dalam perjalanan menuju pos 2 kami menemukan beberapa tanjakan yang cukup membuat kami kesulitan, mungkin kesulitan ini lebih dikarenakan kondisi yang mulai gelap serta udara yang semakin dingin, terutama bagi pernapasanku.....
Menempuh perjalanan selama 3 jam setelah pos 1 kami sadari sangat lambat karena kondisi langit yang semakin pekat ditemani udara yang tak kalah menyesakkan pernafasanku. Jarum jam telah menunjukan pukul 09.00 pm ketika kami memutuskan untuk mendirikan tenda di pos 3, kami menyadari sulit untuk melanjutkan perjalanan ditengah gelapnya malam. Aku menikmati perjalanan ini, perjalanan dimana aku mampu kembali menikmati indahnya kerlip bintang dengan sangat indah,  apalagi diketinggian dan heningnya malam yang membawa aku mengenang masa – masa kecil dimana aku  dulu selalu menikmatinya ditepi hutan kecil disamping rumah.
Kamis (14 juli 2012), jarum jam baru menunjuk angka 06.00 ketika kami kembali berkemas untuk kembali melangkahkan kaki kami menyusuri jalan setapak yang telah menyiapkan sajian indahnya bagi kedua bola mata kami. Baru saja mengawali perjalanan pukul 06.30 am kami langsung dihadapkan pada tanjakan kecil yang sangat bersahabat, ditemani dengan sekotak susu dan  sepotong roti yang kami nikmati bersama sepanjang perjalanan membuat kami harus kembali mengatur nafas baik – baik agar tetap mampu berjalan tanpa banyak beristirahat. Perjalanan menuju pos 4 aku rasa sangat bersahabat karena sepanjang perjalanan kami telah disambut oleh lukisan indah yang dilukis dengan penuh kesempurnaan oleh sang khalik.
Tanpa kami sadari kami sudah dipertemukan dengan sebuah turunan yang cukup tinggi yang kemudian mengantarkan kami pada tepi Ranu Kumbolo yang indah. Berhenti sejenak untuk menikmati segarnya udara pagi dengan bermain dengan kesegaran air danau menghilangkan semua kelelahan kami. Setelah beberapa waktu menikmati keindahan alam disekitar danau dengan sandaran sebuah batu besar disana kami memutuskan untuk segera menuju lokasi perkemahan yang tak jauh dari tempat kami beristirahat. Dalam hitungan beberapa menit setelah melewati sebuah bukit akhirnya kami tiba juga di bumi perkemahan Ranu Kumbolo, disana sudah berdiri tenda yang berwarna warni bagaikan lapisan pelangi yang menyatukan para pendaki dari berbagai daerah tak hanya dari Indonesia. Merabahkan sesaat tubuh ini sembari menikmati sedikit bekal yang kami bawa sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju tanjakan manis yang terlihat sangat pendek akan tetapi juga akan  sangat menyesakkan. Kalian pasti akan bertanya – tanya kenapa tanjakan yang cukup membuat napas ku tersengal – sengal itu dinamakan Tanjakan Cinta, terdengar sangat romance ya sebagaimana kisah yang dipercayai sebagian orang tentangnya. Ada yang bilang kalau kita membayang wajah seseorang yang kita cintai ketika kita mendaki tanjakan itu maka kita tak akan kehilangan sosok yang kita bayangkan, hmm bener nggak ya, tapi aku binggung mo bayangin siapa ya pas mendaki tanjakan itu....hehehe (^_-)
Setelah mengatur sedikit nafas yang dikacaukan oleh Tanjakan C           intakamikembali dimanjakan dengan padang safan yang mempesona, tapi sebelum kami menyentuh padang yang indah itu kami harus kembali menuruni tanjakan yang cukup ekstream juga kalau buat didaki. Setelah menarik nafas panjang kami benar – benar menikmati hembusan angin yang disuguhkan dengan hangatnya sinar mentari siang itu. Disepanjang perjalanan kami nggak hanya ditemani tanaman safana loh,  akantetapi kami juga dimanjakan dengan pohon cemara dan bunga edelwies yang menjadi ikon bungan keabadian.
Setelah menyusuri jalan setapak dibawah sinar mentari yang membelai kulit kami dengan kehangatannya selama beberapa jam, akhirnya sekitar pukul 02.00 pm perjalanan kami berakhir di bumi perkemahan Kili Mati, disana telah berdiri beberapa tenda para pendaki yang hendak atau malah sudah menyelesaikan pendakiannya hingga puncak Mahameru. Susasana hangat penuh kekeluargaan sangat aku rasakan antar pendaki, para pendaki dari berbagai daerah yang berbeda mampu saling berbagi cerita tentang hobi bahkan kota asal mereka dengan sangat hangat, semua sangat menyenangkan.
  Setelah mendirikan tenda kami segera menyiapkan makan siang yang sudah sangat terlambat ini, sementara beberapa diantara kami segera menuu Kili Mani untuk mengambil air. Ya Kili Mani adalah sumber air yang sangat segar, belum pernah aku merasakan air sesegar air dari Kili Mani. Usai menyelesaikan makan yang sangat nikmat itu serta menunaikan sholat akhirnya aku terlelap dalam lelahku.
Ketika gelap mulai menyelimuti langit Kili Mati dengan ditemani hembusan angin yang mampu menusuk setiap sendi tulang dengan dinginnya kami sudah harus bersiap – siap melanjutkan perjalanan menuju puncak Mahameru. Gunung Mahameru memang merupakan salahsatu gunung di Indonesia yang masih aktif mengeluarkan isi perutnya yang panas sehingga kami para pendaki hanya diperbolehkan mendaki sampai batas jam 09.00 am dan setelah itu kami harus meninggalkan puncak demi keselamatan kami.
 Perjalanan kami mulai sejak pukul 12.00 am dengan menapaki tanjakan – tanjakan pasir sepanjang perjalanan menuju Arco Podho. Perjalanan menuju Arco Podho berlanngsung lebih cepat dari rencana yang kami targetkan akan mengahbiskan waktu selama 2 jam, namun pukul 01.30 am kami telah melewati Arco Podho meski dengan udara yang sangat dingin ditambah pasir yang kembali menyulitkan langkah kaki kami dalam pekatnya malam. Dalam perjalanan kami menikmati bintang yang sangat indah malam itu akan tetapi perjalanan ala anak bayi berusia 3 tahun yang merayap di tanjakan penuh pasir harus seegera kami mulai sejak jarum jam menunjukkan pukul 02.30 am. Ditemani cahaya senter serta masker dan jaket tebal kami menikmati detik demi detik menapak sedikit demi sedikit puncak Mahameru yang sangat miring. Dari atas kita dapat menikmati cahaya – cahaya dari senter yang saling berpedaran membentuk kelokan cahaya menuju puncak, meski harus terus merayap dengan kedua kaki dan tangan diantara pasir dan batu yang sangat berbahaya jika kita tak berhati – hati. Masih terbayang hingga hari ini bagaimana aku menyaksikan para pendaki berusaha untuk terus melewati dti demi detik malam itu dengan merayap dan kemudian beristirahat sejenak di beberapa titik yang jarang sekali diras aman untuk benar – benar duduk. Sekitar pukul 06.30 am aku telah mencampai puncakku, kata mas vian sich Cuma kurang 1 jam lagi aku bisa mencium harumnya puncak Mahameru akan tetapi entah mengapa aku merasa sangat kelelahan terutama dibagian pernapasan ku yang semakin melemahkan aku.
Bagiku sudah cukup menyenangkan dengan puncak yang kugapai hari itu, meski belum mencapai puncak bagi semua pendaki. Meski tak menikmati keindahan puncak Mahameru tapi paling tidak aku telah menikmati keindahan sunrise di perjalanan menuju puncak Mahameru yang sangat indah mengahamparkan gumpalan – gumpalan awan yang saling berarak – arakan menyusuri lazuardi subuh itu.
Ternyata untuk menuruni puncak Mahameru aku harus terjatuh lebih dari 3 kali, serasa main ice skating akan tetapi bedanya ini debu yang kalau aku jatuh selain sakit aku juga akan makan debunya. Nggak perduli tentang semua debu yang mengisi sepatu yang aku gunakan yang terpenting aku ingin kembali lagi suatu hari nanti untuk mencapai puncak Mahameru, bukan lagi puncak resti. Sekitar pukul 06.00 am, aku tiba di bumi perkemahan Kili Mati untuk segera menikamti makan pagi usai makan debu semalaman. Usai melahap dengan rakusnya makan pagi di tenda kami segera berkemas untuk kembali menuju Ranu Kumbolo. Menyusuri setiap tapak jalan yang telah kami lalui beberapa hari lalu membuat aku merindukan mama, entah mengapa......
Jarum jam baru saja menunjukkan pukul 04.50 pm ketika kami tiba di Ranu Kumbolo, namun disana suah ramai sekali teman – teman pendaki yang ternyata baru saja menyelesaikan upacara pengibaran bendera sang saka merah putih bersama teman – teman jejak petualang. Setelah mengatur nafas kami selama beberapa menit kami segera mendirikan tenda dan menyiapkan makan malam. Udara sejuk dan pekatnya malam di Rnu Kumbolo aku rasa tak kalah indah ketika di Kili Mati, dengan pemandangan danau yang dipenuhi kabut pekat sembari menikmati indahnya warna kembang api yang menghiasi langit kami bersama. Meski aku rasakan ada yang kurang malam ini karna beberapa teman kami memutuskan untuk kembali mendaki ke puncak Mahameru, so aku harap mbak Iffah senang ya dengan pendakiannya ke puncak Iffah....
Melewati malam yang dingin bersama para pendaki lain sangat menyenangkan, apalagi ketika pagi menjelang dengan kabut yang menyelimuti Ranu Kumbolo dengan anggunnya.  Kutangkap ada beberapa pendaki yang menikmati danau sembari duduk ditepian bersama kesabarannya memancing ian di danau ini, ya ikan di danau ini aku rasa cukup besar dan menyenangkan bila bisa menguji kesabaran dengan duduk bersama pancingan.
Hari mulai sore ketika kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Ranu Pane, namun berbeda dengan perjalanan sebelumnya kali ini semua terasa sangat cepat, meski aku mengalami sedikit kesulitan ketika  udara mulai kembali dingin dihiasi kabut yang kembali menyelimuti perjalanan kami. 
Namun tak lama kemudian udara kembali normal sehingga aku tak kesulitan mengatur nafasku kembali. Perjalanan selama 3 jam telah mengantarkan kami untuk kembali berjumpa Ranu Pane, tampak beberapa pendaki sedang bernegosiasi dengan para pemilik hartop dan truk agar bersedia membawa mereka kembali ke Tumpang sementar yang lainnya sibuk melapor bahwa mereka telah kembali dari pendakian bahkan sebagian besar sedang sibuk menikmati makan siangnya.
Sebagaimana daun yang selalu ikhlas mengikuti setiap alunan yang angin mainkan untuknya, seiring dengan perjalana n kehidupan yang tengah kita nikmati hingga detik ini. Dengan sedikit aroma pembeda bahwa aku adalah khalifah yang dianugerahkan nikmat akal oleh pemahatku, lewat akal inilah aku mulai memahami setiap nikmat yang kutemukan sepanjang perjalananku. Hari ini aku kembali menorehkan beberapa hal dipiiran dan hatiku tentang betapa indahnya memahami siapa diriku sendiri, tentang emosi jiwa yang harus benar- benar aku pahami ketika aku sedang diselimuti kelelahan agar aku mampu menjaga setiap nikmat tuhan lewat tutur kata serta sikap yang harus tetap santun dan anggun.
Tak lupa sederet ungkapan syukur kepada
·        Allah SWT yang telah memberikan aku kesempatan menikmati indah goresan tanganNya, memberi aku nikmat kehidupan hingga aku berkesempatan memahami setiap makna dibalik goresan kanvasnya yang megah.
·        Mama dan Bapak yang telah dengan ikhlas mengizinkan putri yang selalu memaksakan egonya demi apa yang ia impikan, aku selalu bersyukur karena Allah mempercayakan aku dengan kedua malaikat yang teramat percaya atas segala yang kupilih hingga detik ini.
·        Mbak iffah yang nanti harus nemenin resti jalan – jalan lagi ya buat mengijakan kaki dipuncak semua orang yang juga harus menjadi puncak kita.
·        Mas Anto, abang yang selalu membuat aku iri lewat dokumentasi berbagai perjalanannya, salahsatunya adalah puncak Mahameru, next pulau komodo pasti akan aku nikmati. Makasih atas rasa iri yang telah membawa aku menimati semua dengan bola mataku sendiri.
·        Mas vian yang udah baik banget mau ngajak aku ikut serta dalam berbagai perjalanan menyenangkan, smoga nggak kapok ya ngajak aku meski aku sering nyusahin...heheh
·        Dan nggak lupa thanks buat semua temen2 yang ikut serta dalam perjalanan ke Mahameru

Dan yang pasti oksigen ku nggak kepakek....wkkwkw 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar