16/17 __29 Desember 2012 |
Sabtu 29 Desember
2012
Senja
itu terasa begitu berkesan di memori pikirku, menjadi sebuah alunan yang terasa
berbeda dibanding sebelumnya. Apakah waktu seakan berhenti selama beberapa
menit ketika aku membaca pesanmu untukku, atau aku yang membeku seketika kala
mata mencoba mengartikan rangkaian kata itu. Bergelut dengan rutinitas akademik
dan organisasi memang bukan menjadi hal baru bagi kita, menikmati setiap detik
dinamika sebagai mahasiswa adalah sebuah anugerah yang tak ternilai dari Allah
SWT. Rasa penat kini mulai menjalar tubuh dan pikirku saat untuk pertama kali
kau mengajakku menikmati waktu untuk melepas semua beban itu sementara waktu.
Saat sebuah tanya kemana aku akan pergi menikmati malam ini, aku berpikir kamu
akan menyuruhku kembali tenggelam dalam dinamika organisasi yang sedang
penatkan diri seperti yang kau katakana biasanya, namun aku salah karena senja
itu kau bersedia menemaniku menikmati film yang aku inginkan hanya untuk sebuah
senyum lepasku.
Bolehkah
aku tertawa ketika aku mengingat pertanyaanmu tentang malam apakah ini “sabtu
malam atau malam minggu”, hal yang selalu membuat aku tersenyum. Sebuah tanya
atau jebakan agar aku tersipu malu untuk menjawabnya, aku tak tahu apa yang ada
di pikiranmu karena sekarang kamu lebih memahamiku. Aku tahu pasti kamu tak
pernah suka melangkahkan kakimu di tempat dimana aku biasa menikmati waktu
untuk menghapus penatku, tapi senja ini kamu menawarkan untuk melewati waktu
untuk menemani aku menghapus semua penatku. Bukan menjadi hal yang mudah untuk
sekedar menikmati waktu senggang dengan mu, rasanya seperti sedang bermain petak
umpet agar tak ada yang menemukan kita sedang berjalan menyusuri malam. Malam
ini semua semakin jelas bagiku, menjawab sederet tanya dipikirku tentang apa
yang sebenarnya sedang terjadi, mungkinkah aku salah mengartikannya. “Apa kamu
tau bahwa malam ini adalah first date kita, dan kamu telah merubah sabtu
malamku menjadi malam minggu” ,masih kuingat kalimat yang terlontar dari mu. Kamu
benar malam ini adalah malam minggu pertamaku dengan seseorang yang mengaku
menjadi pacar pertamaku, ya aku izinkan kamu mengganggap dirimu sebagai pacar
pertamaku karena memang tak pernah ada yang mendapat status itu sebelum kamu.
Pacar pertama sebuah istilah yang membuatmu selalu tertawa lepas kala aku
mengucapnya dengan sedikit keterpaksaan ketika harus mengakuinya, karena memang
itulah yang menjadi faktanya.
Kembali
ke malam minggu pertamaku, rencana dadakan kamu nggak semudah yang dibayangkan malam
ini, karena semua tiket nonton film yang aku inginkan laku terjual tanpa
menyisakan kita kursi kosong. Ternyata kamu nggak menyerah juga ya, kita
beranjak ke bioskop lain yang kalau mau dibilang nggak deket dari bioskop
sebelumnya, but aku menikmati malam ini dengan kesederhanaanmu. Finally, dapet
juga tiket nontonnya meski cuma tersisa 2 tiket terakhir untuk shift midnight
jam 21.30 wib dan sekarang jarum jam ku baru menunjukkan pukul 20.00 wib. Kita
tahu dimana tempat yang paling tepat untuk menghabiskan waktu selama 1,5 jam
ini, TOKO BUKU.
Toko
buku selalu jadi tempat paling nyaman buat aku tenggelam menikmati senggangku,
sebagaimana aku tahu bahwa ini adalah tempat yang tepat untuk kamu yang nggak akan
betah kalau aku ajak keliling mall yang penuh keramaian. Menikmati buku
perjalanan seorang jurnalis mengunjungi pedalaman nusantara yang sangat eksotik
membuatku melupakanmu, atau bahkan mengusirmu untuk tenggelam sendiri. Aku tak
tahu apakah kamu menikmati tempat ini beserta isinya seperti aku sebagaimana
yang terlontar dari lisanmu, karena kamu lebih dulu muncul dihadapanku untuk
mengajakku kembali ke cinema saat jarum jam baru menunjukka pukul 21.15 wib. Sedikit obrolan tentang kesukaanmu pada dunia
sastra yang pernah terlintas dipikiranku namun akhirnya ditepis oleh abang yang
bilang buku bacaanmu semua adalah tentang filsafat pemikiran, tentang
ketakutanku berjumpa dengan orang yang kita kenal malam ini disini, tentang
caramu meyakinkan aku untuk tak terlalu khawatir tentang lingkungan yang akan menilai
kita dan sederet perbincangan singkat diantara kita. Sebelum memasuki studio
kamu sempat berpesan “Seandainya aku tertidur ketika kita sedang nonton jangan
dibangunin ya, soalnya kamu tahukan aku nggak terlalu bisa menikmati bioskop
apalagi film drama, yang terpenting aku ada disamping kamu buat nemenin nonton”
, aku memahami itu tanpa sediktpun protes sama mr satu ini dengan sedikit
senyuman. Selalu saja ada yang mampu membuatku tertawa dari ucapan – ucapan
yang terlontar darinya “aku lebih suka mendengar cerita film itu dari lisan
kamu daripada harus menikmati film itu dengan indera ku sendiri” ,ya dia memang
tukang gombal yang selalu membuatku tertawa geli mendengar setiap ucapnya.
Aku
sangat bersyukur karena film ini mampu membuatnya tak terlelap disampingku
seperti yang aku pikir sebelumnya, hingga sebuah kata kembali membuatku tertawa
“aku suka karakter tokoh utamanya yang sangat menjiwai, kalau gini aku janji
nggak tidur supaya bisa nemenin kamu nonton, ntar pas abis nonton kita bisa
diskusi bareng tentang film ini” , dasar aktivis apa aja di diskusiin hehehe.
Film yang menampilkan dokumentasi pergejolakkan pemerintah di awal orde baru
dengan sedikit guyonan di beberapa scene membuat kami menikmati film ini, walau
di endingnya aku tau pasti dia merasa mati bosan dengan kisah romantisme film
ini.
Terimakasih
buat waktu yang kamu berikan buat aku malam ini, untuk menemani aku nonton,
tenggelam dalam sepi ku di toko buku selama 1,5 jam, dan makan malam usai kita
nonton. Maaf kalau kamu harus susah payah cari tempat parkir, udah tau sabtu
malam masih aja nekad ke pusat perbelanjaan heheh. Aku janji akan belajar buat
nggak terlalu khawatir sebagaimana yang kamu pesankan ke aku “biarkan semua
berjalan apa adanya tanpa perlu kita tutup – tutupi, selama kita berjalan di
koridor yang benar nggak perlu ada yang kamu khawatirkan tentang kita, apalagi
tentang penilaian orang” , aku akan ingat pesan mu ini sir. Makasih karena udah
menyulap sabtu malamku menjadi malam minggu pertamaku. Jangan kebanyakan baca buku sihir ya, karena
aku bukan puteri seperti yang kamu bilang, dan aku masih realistis kok untuk nggak
menuntut kesempurnaan dari kamu cukup dengan kamu menjaga dirimu baik – baik.
Udara malam nggak pernah ada baiknya so aku nggak mau kamu meremehkan itu, karena
aku mau kamu selalu disampingku suatu hari nanti.
Letisia
Malang,
1 Januari 2012
Buat
seseorang yang udah bikin sebel di akhir tahun dan menggoreskan senyum dikala
jarum jam menunjukkan pukul 1 dini hari.
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA ,,, ^_^
BalasHapusapa ya maksudnya ketawa gitu -_-"
BalasHapusHehehe .. Tak kenapa Rest .. :)
BalasHapusApa kabar Mama di rumah ..?
Kenapa ndak ajak Anak itu kemarin pulang ke rumah ..??
*Syalalalalalala
alhamdulillah, kabar mama selalu baik :)
BalasHapushahah.....
belum saatny bang, sebelum dia memperjelas smua seperti yg abang bilang tempo hari,
cukup kerepotan klu mama nanya kabar anak satu itu, binggung mau jawab apa :p
Udaaa .. Jawab yang jujur aja .. gini,
BalasHapusTENANG AJA MA, DIA AKAN DATANG MEMINTAKU DARIMU ..
Hahahahaha ..
heheh...kita liat dulu kesungguhan mr 3 days itu bang,
Hapusyang pasti aku nggak akan mempersulit dia seperti di awal #agak terbuka sedikit :D