Jika
aku memiliki satu pilihan dari Allah untuk menjalani kehidupanku di hari
kedepan, maka boleh kah aku meminta untuk diberi waktu yang panjang bersamamu,
tuan. Ingin menikmati setiap detik perputaran waktu untuk mendampingi kamu,
sebagaimana janjiku untukmu, menjadi sandaran dan bersandar, dibagi dan berbagi
beragam cerita yang mewarnai hari, mendengar dan didengar, mengingat dan
diingat, merindu dan dirindukan, aku ingin mengulang semua terkecuali
perpisahan yang membentuk labirin antara yang dingin, beku dan kaku. Mengulang
setiap momen dimana kamu akan menyingkirkan buku yang selalu menutup wajahku
dalam lelap, kebiasaan membaca hingga terlelap sembari mendengarkan alunan
musik pop atau jazz hingga menghadirkan kamu dalam lelap malam ku. Aku ingin
merasakan kembali kehangatan ada mu disampingku saat aku lelap, terbangun
sesekali ditengah malam untuk memastikan kamu masih berada disampingku,
terlelap juga seperti biasanya. Ketika udara malam mulai memeluk mesra tubuhku
yang lenyap dalam lelah, aku terbiasa tiba-tiba merasa hangat, bukan hanya
karena selimut tebal yang kamu lebarkan diseluruh tubuhku, namun karena aku tau
bahwa aku terjaga dalam tatapmu sepanjang malam, aku membutuhkan rasa itu kembali,
tuan. Aku masih mengingat saat pertama kali kau mendapatiku baru saja tersadar
dari lelapku yang baru sekejap, usai aku membasuh wajah dengan segarnya,
kebiasaan yang kita sebut dengan berwudhu. Masih tergambar jelas wajah kucel ku
dengan kerudung yang berantakan, sedangkan kamu sudah rapi dan wangi, ya aku
mengingatnya dengan jelas. Di hari yang lain semua kondisi bisa bertukar,
dimana aku telah rapi dan kamu hadir di depanku dengan wajah polos usai bangun
dari tidur singkatmu semalam, aku ingin kembali menatap wajah itu, rindu.
Boleh
ya aku ingin menulis semua yang pernah kita lewati, aku takut ingatan ku
dimakan usia suatu hari nanti. Aku tak ingin melupakan setiap kenangan tentang
kita, merasakan kehangatan ditengah gigilnya malam menyelimutiku. Saat dimana
kamu menemaniku memasak, meminta dibuatkan secangkir kopi hitam, aku
mengingatnya, saat dimana kamu menggodaku apakah aku benar bisa membuatkan kamu
kopi hitam dengan rasa yang sesuai dengan seleramu. Apa aku terlihat tak pernah
menyentuh dapur? Aku rasa iya, begitu lah pendapat kebanyakan mereka tentang
ketidakmampuanku di dapur, tapi akhirnya kamu yakin bukan, bahwa aku bisa
mengobati rasa laparmu atau sekedar menghangatkan kamu dengan segelas kopi
hitam manis, yang jadi candumu, juga aku. Kamu selalu meengatakan bahwa ingin
aku belajar memasak makanan kesukaanmu, kamu tahu aku tak pernah suka makanan
manis, tapi apa mau dikata jika itu yang menjadi kesukaanmu, akhirnya akupun
belajar untuk meracik makanan yang tak pernah sesuai dengan cita rasa lidahku. Apa
kamu mengingat jika kamu pernah memesankan aku ayam kalasan manis, makanan yang
membuat mama khawatir karena beberapa hari setelahnya aku kehilangan nafsu
makanku, aku tak pernah mengeluh, aku belajar untuk menyesuaikan seleramu. Kamu
tau mengapa?, karena kamu juga telah belajar menyesuaikan kebiasaanku, menonton
film, menjadi autis di toko buku, atau menjadi pecinta alam yang sering
menikmati ketinggian meski berawal dari phobia ketinggian itulah kamu untuk seorang nona pemimpi, tuan.
Kamu
pernah mengatakan bahwa kamu ingin menemaniku berada diketinggian, apakah kamu
tak ingin aku sendirian berada disana lagi tanpa kamu? Atau mungkinkah kamu
takut jika diperjalanan aku menemukan sosok seperti yang lampau, yang bisa
menemani aku menikmati nikmatnya ketinggian yang jadi canduku? Mungkin
keduanya. Tapi ku pastikan bahwa tak mengapa jika kamu hanya ingin menemaniku
sebatas ranu kumbolo, yang terpenting bagiku, kamu adalah orang yang Tuhan
izinkan untuk hadir dipikiranku saat aku mendaki tanjakan cinta menuju padang
lavender, entah mengapa, aku pun tak tahu alasannya.
Hari
ini ketika semua telah kita akhiri dalam semu, karena ternyata tak ada satu pun
diantara kita yang berani untuk benar – benar mengakhiri cerita. Biarlah aku
berjalan lurus kembali, menata dan mengejar impianku, begitu pun dengan kamu
yang akan menjalani kehidupan kamu. Boleh aku meminta sesuatu padamu? Jangan
pernah biarkan dirimu terpaku ditempat yang dulu ya, karena aku ingin kamu
menggapaiku ditempat dimana aku akan mengejar impianku. Aku tak ingin kembali
mendengar jika kamu menganggap aku terlalu tinggi untuk kamu gapai, karena aku
telah memilih kamu tuan, satu orang yang bersedia aku racik secangkir kopi
hitam untuk mengobrol denganku, satu orang yang kuharap akan menemaniku menapak
mahameru kembali, tentunya dengan rasa yang baru, tak lagi sepi. Aku tak pernah
menjadi tinggi untuk kau gapai meski aku berlari dengan impianku, karena
setinggi apapun aku yang kau anggap sempurna, aku tetaplah tuan puteri nan
manja yang akan selalu bersandar di pelukanmu, aku yang akan selalu mengulurkan
tangan untuk kau genggam, suatu hari nanti.
#Untuk
penantian bagi tuan pecinta kopi, pemilik kesetiaan di lingkaran ketiga,
tetaplah menjadi yang tersabar untuk nona.....
#Dari
nona pemimpi pemilik keseimbangan rasa di lingkaran kesepuluh yang rindu akan
cemburunya sikap tuan.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar